Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buwas Sebut Ada Lingkaran Setan yang Bikin Harga Kedelai Mahal

Kompas.com - 04/02/2021, 05:06 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, mahalnya harga kedelai saat ini disebabkan oleh lingkaran setan, yaitu praktik kartel serta birokrasi yang terlalu panjang.

Menurut dia, akar persoalan kenaikan harga kedelai bukanlah masalah kekurangan pasokan atau keterbatasan produksi luar negeri. Tetapi akibat adanya praktik kartel dari importir kedelai.

"Sehingga kalau bicara bagaimana masalah jagung, bagaimana kedelai, ya itu akar masalahnya, makanya ada lingkaran setan, ini yang sulit kita basmi kecuali bersama sama," ungkap pria yang akrab disapa Buwas itu dalam konferensi pers virtual, Rabu (3/2/2020).

Baca juga: Soal Ancaman Krisis Pangan Dunia, Buwas: Jangan Terlalu Khawatir

Dia mengatakan, harga pangan impor sebetulnya murah, seperti kedelai, jagung, bawang putih, hingga daging. Namun menjadi mahal saat sampai di tangan konsumen karena distribusinya yang berlapis-lapis.

Setiap berpindah dari satu pihak ke pihak lainnya maka akan ada pungutan biaya, sehingga ongkos pengirimannya menjadi mahal. Kemudian biaya itu akhirnya dibebankan kepada konsumen.

"Akar masalahnya karena kartel terlalu banyak, birokrasi terlalu panjang. Satu ke satu semua pakai biaya. Nah ini yang kita istilahkan wujud korupsi sebenarnya," katanya.

"Tapi hasil atau beban korupsi itu dibebankan ke masyarakat yaitu konsumen. Dari harga Rp 7.000 dijual Rp 12.000, selisih Rp 5.000, yang Rp 5.000 ini dibebankan ke konsumen, padahal yang menikmati oknum-oknum tertentu," lanjut Buwas.

Menurut dia, Bulog sebenarnya punya tugas untuk menjaga ketersedian dan stabilisasi harga kedelai, selain beras dan jagung. Ini sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 48 Tahun 2016 tentang Penugasan Kepada Perum Bulog Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional.

Namun demikian, hingga saat ini ia mengaku Bulog tak bisa menjalankan tugas tersebut, khususnya dalam hal impor kedelai. Padahal, seringkali perajin tahu dan tempe menanyakan perihal importasi kedelai kepada Bulog.

Buwas menyebutkan, para perajin menginginkan Bulog yang melakukan importasi kedelai, bukan oleh importir swasta. Sehingga diharapkan Bulog dapat menjamin ketersediaan kedelai dan stabilisasi harganya.

"Saya bilang 'maunya juga begitu', tapi persoalannya saya tidak bisa impor kecuali ada penugasan (dari pemerintah). Dan mereka baru tahu itu, bahwa Bulog tidak bisa otomatis impor kedelai, walaupun secara regulasi selain beras dan jagung, kedelai itu kewenangan Bulog," kata Buwas,

Bahkan dia mengaku, sempat melaporkan kondisi kartel yang terjadi pada pangan impor kepada eks Ketua KPK Agus Rahardjo.

Menurut Buwas, praktik birokrasi yang panjang itu tidaklah sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mendorong pemangkasan birokrasi, menghilangkan pungutan, serta pelayanan satu atap yang cepat dan murah.

“Saya pernah sampaikan ke Ketua KPK yang lama, Pak Agus. Gampang ini kalau evaluasi akar permasalahan kenapa terjadi korupsi, yah ini karena birokrasi," ungkap dia.

Sementara itu, sebelumnya Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan naiknya harga kedelai beberapa waktu terakhir karena imbas tingginya harga kedelai di pasar global.

Baca juga: Buwas: Ada 100 Karyawan Bulog yang Terancam Dipecat

Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada Desember 2020 masih sebesar 13,12 dollar AS per bushels untuk penyediaan pada Januari 2021. Namun, saat ini harganya naik 4,42 persen menjadi 13,7 dollar AS per bushels untuk penyediaan pada Februari 2021.

Kenaikan itu membuat harga kedelai impor di tingkat perajin tahu dan tempe pada Februari berpotensi menjadi berkisar Rp 9.500 per kilogram. Harga itu meningkat dari sebelumnya berkisar Rp 9.100-Rp 9.200 per kilogram.

Dengan kenaikan kedelai impor maka terjadi penyesuaian harga tahu dari sebelumnya Rp 600 per potong menjadi berkisar Rp 650 per potong. Lalu harga tempe dari sebelumnya Rp 15.000 per kilogram naik menjadi berkisar Rp 16.000 per kilogram.

"Jadi kenaikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe merupakan dampak pergerakan harga kedelai dunia sejak pertengahan tahun lalu hingga sekarang," ujar Syailendra dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/2/2021).

Baca juga: Harga Kedelai Impor Kian Mahal, Siap-siap Harga Tahu-Tempe Naik Lagi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com