Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ferdy Hasiman
Peneliti

Peneliti di Alpha Research Database. Menulis Buku Freeport: Bisnis Orang Kuat Vs Kedaulatan Negara, Gramedia 2019. dan Monster Tambang, JPIC-OFM 2013.

Meneropong Prospek Aneka Tambang di Industri Mobil Listrik

Kompas.com - 05/02/2021, 11:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada 2020, ANTM mencatat penjualan feronikel unaudited masing-masing 25.970 ton nikel dalam feronikel (TNi) dan 26.163 TNi. Ini adalah pencapain produksi feronikel tertinggi ANTM. Keuntungan ini tentu sangat membantu penerimaan negara baik dari pajak maupun dividen kepada pemegang saham.

Pajak perusahaan-perusahaan tambang memang tergerus karena penurunan produksi dan penjualan akibat karantina negara-negara di dunia dan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di tanah air.

Ini tentu sangat berpengaruh besar terhadap neraca keuangan negara, karena pos penerimaan menjadi kecil. Jadi, jika ada perusahaan tambang yang untung di tengah krisis global akibat Covid-19 sekarang, harus dilihat sebagai peluang untuk terus melakukan transformasi bisnis ke depan agar membantu lebih banyak lagi keuangan negara, sehingga negeri ini tak dililit utang.

Posisi tawar besar

ANTM ke depan bukan hanya menjadi pemasok utama nikel di hulu, tetapi jadi pemain di industri hilir (pemurnian) dan bahkan menjadi mitra utama produsen mobil listrik global, seperti Tesla.

Dengan cadangan nikel berlimpah, Indonesia memiliki posisi tawar besar berhadapan dengan produsen-produsen mobil listrik global. Tak perlu takut ditinggalkan investor asing, karena Indonesia pasti menjadi incaran negara-negara maju untuk kerjasama pengembangan baterei dan mobil listrik.

Begitupun, ANTM sebagai perusahaan nikel milik negara, dia bak gadis cantik yang akan menjadi incaran banyak perusahaan mobile listrik dunia.

ANTM memiliki sumber daya nikel yang besar yang akan menyuplai kebutuhan nikel global dan domestik. Apalagi pemerintah telah membentuk Indonesia Battery Holding (IBH) untuk membangun industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir.

IBH dibangun melibatkan MIND ID, Pertamina, dan PLN dengan porsi kepemilikan masing-masing 25 persen. ANTM akan berperan di sisi hulu untuk memproduksi nikel. Semua investasi ke arah pengembangan industri nikel, aksi korporasi dan ketertarikan raksasa mobil listrik global, seperti Tesla akan membuat ANTM menjadi perusahaan yang semakin menarik dan menjanjikan.

Sebagai masukan, ANTM perlu membangkitkan kepercayaan investor besar dan publik di tanah air dengan cara terus memperbaiki tata kelolah perusahaan, tetap transparan seperti sekarang dan profesional.

Sebagai holding company, MIND ID perlu melakukan evaluasi secara berkala setiap bulan atau tiga bulanan terhadap perkembangan bisnis dan tata kelolah anak usaha, termasuk ANTM. Ini semua dilakukan agar ANTM bisa menangkap peluang besar dari perubahan kebijakan global-nasional ke depan.

ANTM ke depan bisa diandalkan untuk menaikkan penerimaan negara untuk kesejahteraan rakyat sebagaimana diamanatkan konstitusi UUD’45. Tinggal bagaimana ANTM melakukan transformasi internal, melakukan perubahan budaya kerja yang kompetitif dan berdaya saing untuk menangkap semua peluang yang diberikan dunia agar korporasi menjadi besar, kompetitif dan bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com