Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER DI KOMPASIANA] Polemik Partai Demokrat | Gaya Crazy Rich Warga +62 | Tata Cara Pengurusan Jenazah

Kompas.com - 06/02/2021, 16:16 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Pada minggu ini jagat media sosial diramaikan tentang konflik yang terjadi pada Partai Demokrat. Meski sekadar isu internal, tapi kata "kudeta" sempat berhembus.

Bahkan menurut keterangan Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengakui jika pihak Istana sudah menerima surat dari Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Pasalnya, menurut Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebut adanya keterlibatan orang di istana.

Hal yang banyak dikomentari warganet justru terkait adanya intervensi dan itu bisa menimbulkan konflik kepentingan.

Selain itu, masih ada konten terpopuler dan menarik lainnya di Kompasiana dalam sepekan sebagai berikut:

1. AHY dan Dilema Memilih Panggung

Isu kudeta yang ingin terjadi di Partai Demokrat semakin panas ketika ada beberapa nama yang disebut terlibat di sana.

Karena polemik ini, Kompasianer Arnold Adoe melihat justru Partai Demokrat menghadapi kegaduhan politik dari luar dan dalam.

Untuk itulah dalam komunikasi politik yang dilakukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Kompasianer Arnold Adoe membaginya menjadi 2, yakni panggung depan dan panggung belakang.

Panggung depan, lanjutnya, merupakan tempat politisi menyampaikan pesan politiknya kepada publik secara terang-terangan dan bersiap untuk menerima segala respon hingga interpretasi terhadap pernyataan politik.

"Kita bisa menyebut bahwa pernyataan AHY kemarin, adalah penggunaaan panggung depan," tulis Kompasianer Arnold Adoe. (Baca selengkapnya)

2. Menilik Gaya Crazy Rich +62 "Bakar Uang", Apa Itu Pandemi?

Frasa "Crazy Rich" yang awalnya sekadar ada pada cerita-cerita fiksi, kini memang benar adanya. Kehadiran mereka ini nyata dan ada di sekitar kita.

Kompasianer David Abdullah mengilustrasikannya dengan apik: berapa nilai total tagihan paling mahal dalam sekali duduk yang pernah Kamu bayar di sebuah resto? Sejuta? Dua juta?

"Dalam sekali jamuan makan malam, para pemuda sultan Surabaya menghabiskan tak kurang dari Rp21 juta!" lanjutnya.

Inilah yang kemudian menjadi perbincangan warganet seperti yang dituliskan Kompasianer David Abdullah, telah terjadi disparitas kala pandemi terjadi.

"Tanpa harus keluar rumah orang kaya masih bisa makan kenyang, lain halnya dengan rakyat jelata," lanjut Kompasianer David Abdullah. (Baca selengkapnya)

3. Indonesia Bukan Hanya Bali, NTT Tidak Cuma Komodo

Diakui atau tidak, tapi menurut Kompasianer Tonny Syiariel jika industri pariwisata Indonesia tidak bisa dipisahkan dari Pulau Bali.

Bagi masyarakat asing, Bali merupakan sebuah daerah tujuan wisata yang memiliki keindahan alam yang memesona serta kekayaan budayanya yang menarik.

Bahkan Pulau Dewata julukan Bali, lanjut Kompasianer Tonny Syiariel telah menjadi maskot pariwisata Indonesia sejak tahun 1970-an, ketika banyak provinsi lain seakan belum sadar akan potensi wisatanya masing-masing.

"Masih banyak destinasi wisata lain yang tidak kalah menarik, termasuk "Sepuluh Bali Baru" yang telah ditetapkan pemerintah untuk dikembangkan," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

4. Fujiyama dalam Kenangan: Banyak yang Berhasil, Tidak Sedikit yang Gagal

Kompasianer Farianty Gunawan punya impian sejak SMP: bisa naik Gunung Fuji.

Dalam tulisannya itu Kompasianer Farianty Gunawan menceritakan kali pertama mendengar kata “Fujiyama “ saat masih duduk di bangku SMP dari lagu “Fujiyama” oleh Ibu Titiek Sandhora.

Impian sejak kecilnya itu akhirnya terwujud juga ketika umurnya hampir menginjak usia 50 tahun. Perjalanan untuk naik Gunung Fuji dilakukannya bersama Suami.

"Saya juga beberapa kali membaca dan mencatat cerita orang-orang di blog yang menulis tentang pendakian Gunung Fuji dan menginap di 8th station. Jadi rasanya PeDe banget bisa naik ke Fujiyama," tulisnya. (Baca selengkapnya)

5. Dauroh Janaiz, Begini Tata Cara Pengurusan Jenazah

Tidak semua orang bisa mengurus dan memandikan jenazah. Ada tempat khusus mengikuti pelatihannya, biasanya dilakukan di masjid maupun musala.

Kompasianer Tety Polmasari menceritakan pengalaman mengikuti pelatihan untuk tata cara pengurusan hingga memandikan jenazah.

"Sebagaimana layaknya orang hidup, si mayit juga memiliki rasa malu. Mereka yang meninggal pasti tidak mau terungkap aibnya akibat dimandikan oleh orang lain," tulis Kompasianer Tety Polmasari.

Untuk itulah mengapa jenazah dimandikan oleh kerabat yang memiliki mahram. (Baca selengkapnya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com