Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk Kenalan dengan Pompom Saham, Aturan dan Risikonya

Kompas.com - 07/02/2021, 10:07 WIB
Kiki Safitri,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Belakangan ini banyak aksi influencer yang pamer saham melalui media sosial terkait dengan kepemilikan saham mereka.

Walaupun aksi tersebut tidak bermaksud untuk mendongkrak harga saham tertentu, tetapi dengan jumlah pengikut yang tinggi mampu membentuk opini publik, yang berpeluang mendorong aksi beli.

Pompom saham bisa diartikan sebagai orang yang memberikan info terkait dengan saham lewat media sosial.

Baca juga: Mengenal Istilah Saham Pompom, Ciri dan Tips Menghindarinya

Umumnya, pompomers (orang yang melakukan pompom saham) mengaku membeli saham tertentu, lalu sahamnya menghasilkan profit, dan kemudian mengajak orang lain juga membeli saham yang ia miliki.

Berdasarkan Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, disebutkan adanya larangan promosi emiten ke publik ini, merupakan bagian dari undang-undang untuk melindungi keperluan dan kepentingan investor.

Direktur Utama PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, aksi pompom saham ini tidak ubahnya dengan kenaikan saham Gamestop yang terjadi baru-baru ini.

Saham Gamestop berhasil meroket usai aksi sejumlah investor bergabung melawan serigala Wall Street, mendongkrak harga saham perusahaan video game setelah diproyeksikan tidak akan bertahan lama.

“Ini fenomena investor retail di tengah pasar yang sempat terguncang akibat pandemi. Tapi ini menyebabkan pasar di global dan berpengaruh ke pasar saham kita,” kata Hans dalam wawancara bersama IDX_Sumsel, Rabu (3/2/2021).

Baca juga: Ada Kenaikan Cukai, Empat Saham Produsen Rokok Malah Unjuk Gigi

Adapun ciri-ciri pompom yang dilakukan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab adalah dengan memberikan kesan bagus untuk perusahaan tersebut.

Oknum tersebut secara tidak langsung membentuk opini publik agar bagaimana publik terbujuk membeli saham tertentu.

Oknum tersebut bisa saja berasal dari berbagai kalangan seperti oknum di perusahaan sekuritas, pemilik saham, manajemen perusahaan, influencer, sampai dengan grup Whatsapp.

Mereka memompa saham agar naik tinggi, padahal sebelumnya saham tersebut seringkali kurang likuid atau jarang diperjualbelikan.

Menurut Hans hal ini tidak lepas dari kenaikan jumlah investor retail di akhir tahun 2020 lalu.

Baca juga: Fenomena Meroketnya Saham Gamestop Bisa Saja Terjadi di Indonesia, Jika...

Banyak orang yang menjalani work from home (WFH) menjadi memiliki hobi baru, yakni investasi di saham.

Apalagi valuasi saham saat pandemi cenderung turun, sehingga cukup menguntungkan saat kondisi ekonomi berangsur pulih seperti saat ini.

“Ini enggak lepas dari fenomena investor retail. Pasar itu bergerak naik cukup banyak dan menarik perhatian bayak orang. Jadi cerita ini enggk xuma di Indonesia saja, di luar negeri orang-orang yang WFH tentunya ada banyak waktu senggang dan banyak yang investasi saham, dan buka rekening efek,” kata Hans.

Hans mengatakan, saat WFH konsumsi rumah tangga berkurang menyebabkan ramai investor baru bermunculan.

Belum lagi, banyak toko tutup, waktu di rumah cukup banyak, sehingga kecenderungan untuk menggunakan cash dengan berinvestasi saham cukup menarik.

Baca juga: Anak Usia 10 Tahun Ini Dapat Cuan Rp 44,8 Juta dari Saham GameStop

“Banyak orang memindahkan duit mereka ke pasar saham. Sehingga pasar saham jadi menarik. Ini mndorong influencer mulai masuk ke pasar dan dia memberikan pengaruh, kebetulan dia juga punya masa yang banyak, setelah ikut masuk ke saham, mereka mulai menyerukan orang lain untuk beli saham tertentu dan mulai pamer portofolio dia. Sehingga terjadi pergerakan pada saham tertentu,” jelas Hans.

Hans mengatakan, pompom saham tersebut layaknya memompa saham tertentu dan membuat sesuatu menjadi besar.

Hal ini juga ia nilai identik dengan orang-orang yang suka menggoreng saham.

Menurut dia, istilah menggoreng saham mengarah pada orang yang membuka rekening ke broker, kemudian mereka punya tim transaksi yang menyebabkan harga sahamnya naik.

“Kalau ini terjadi memang ada pelanggaran, tapi memang sulit di deteksi dengan membuktikan mereka ada kerja sama,” jelas dia.

Baca juga: BEI Ingatkan Influencer Terkait Potensi Pelanggaran dan Tuntutan atas Endorse Saham

Menurut Hans, di Indonesia aksi goreng menggoreng saham ini dilakukan dengan menggunakan berita.

Dengan adanya berita yang menunjukkan saham positif, maka bisa dikatakan tindakan penggorengan saham yang menyebabkan harga sahamnya naik.

“Ini fenomena baru lagi, di mana investor yang punya masa banyak mendorong pengikutnya untuk membeli satu saham tertentu sehingga saham itu bisa bergerak naik karena kekuatan dari pelaku pasar retail ini,” jelas dia.

Inilah mengapa pompom saham mirip dengan menggoreng saham.

Namun, Hans menilai apa yang selama ini dilakukan oleh influencer tidak selamanya buruk, ini tergantung niat dari influencer tersebut.

Baca juga: 3 Tips Menyikapi Maraknya Fenomena Influencer Saham

Belakangan ini, ramai sosial media kembali dihebohkan dengan pengikut pompom saham yang membeli saham tertentu.

Setelahnya, saham tersebut auto reject dan bahkan mengalami forced sell oleh sekuritas.

Hal ini tentunya menjadi perhatian, jual beli saham bukanlah hal yang main-main.

Jual beli saham harus dipikirkan masak-masak mengenai risikonya.

Penggunaan dananya pun seharusnya bukan menggunakan dana kebutuhan hidup, seperti biaya sekolah, utang, uang belanja dll.

Baca juga: Marak Influencer Promosikan Saham, Ini Untung dan Ruginya

Volatilitas di pasar modal adalah hal yang sangat umum terjadi.

Namun, ketika investor pemula kurang memahami hal tersebut, tentunya ini akan menimbulkan kepanikan dan berujung pada kerugian investor.

Disclaimer: Artikel ini dibuat dengan tujuan bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tur Wisata Lebaran Makin Ramai, Ini Strategi Dwidaya Tour Tetap Dorong Transaksi Tahun Ini

Tur Wisata Lebaran Makin Ramai, Ini Strategi Dwidaya Tour Tetap Dorong Transaksi Tahun Ini

Whats New
Rupiah Tertekan, 'Ruang' Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Jadi Terbuka

Rupiah Tertekan, "Ruang" Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Jadi Terbuka

Whats New
Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Whats New
Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Whats New
Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Whats New
HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

Whats New
PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

Whats New
Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Whats New
Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Whats New
Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com