Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan Holding Ultramikro, Pegadaian Bisa Hemat Rp 400 Miliar per Tahun

Kompas.com - 08/02/2021, 15:37 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pegadaian (Persero) yakin bisa menghemat biaya operasional hingga Rp 400 miliar per tahun bila membentuk holding ultra mikro dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero).

Direktur Utama Pegadaian, Kuswiyoto menyebut, penghematan biaya operasional itu terjadi saat Pegadaian tidak perlu membayar biaya jaringan telekomunikasi hingga biaya listrik saat hendak menambah 2.000 outlet atau cabang.

"Contohnya Pegadaian mau mengembangkan 2.000 outlet, berapa biayanya? Dengan co-location dengan BRI kalau (untuk) 2.000 outlet, bisa hemat per outlet Rp 400 miliar per tahun untuk biaya operasional," kata Kuswiyoto dalam dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Senin (8/1/2021).

Baca juga: Belum Boleh Salurkan KUR, Pegadaian: Buat Kami Agak Nyesek

Berdasarkan hitung-hitungan Kuswiyoto, membuat outlet sendiri bisa memakan biaya senilai Rp 500 juta per tahun.

Biaya sudah termasuk 2 petugas pelayanan, 3 satpam, jaringan telekomunikasi, sewa kantor, dan biaya listrik.

Namun, jika membentuk holding dengan memanfaatkan kantor cabang BRI yang sudah tersebar di remote area (daerah terpencil), Pegadaian bisa menghemat Rp 200-300 juta per tahun.

"(Kalau membentuk holding) itu (biaya operasional) kita potongin semua. Hanya butuh 1 petugas, enggak perlu satpam, listrik, jaringan, itu hematnya 1 (outlet) bisa hampir Rp 300 juta," ungkap Kuswiyoto.

Kuswiyoto meyakinkan, penghematan biaya ini pun sudah dikomunikasikan dengan bank UMKM itu.

Baca juga: Selama Pandemi, Transaksi Online Pegadaian Capai Rp 3,3 Triliun

BRI sudah memberikan kepastian dengan mem-pilot 75 outlet/kantor cabang.

Pembentukan holding, kata Kuswiyoto, sangat menguntungkan Pegadaian.

Selain menghemat biaya, Pegadaian bisa menyasar lebih banyak nasabah di kabupaten/kota yang belum tersentuh layanannya.

Bahkan, dia menilai, pembentukan holding akan lebih kuat dibanding hanya kerja sama atau sinergi biasa.

Dari beberapa kerja sama yang telah dilaksanakannya selama ini, dia mengaku banyak yang tak berjalan optimal.

Baca juga: Anggota Komisi XI Sebut Ini Dampak Positif Holding Ultramikro untuk Pemulihan Ekonomi

"Kalau hanya kerja sama ikatannya kurang kuat. Tidak ada enforcement yang membuat kita bisa menjalankan. Kami sudah coba bekerja sama, karena enggak ada enforcement yang kuat, maka itu kurang jalan. Intinya Pegadaian sangat oke dengan adanya holding," pungkas Kuswiyoto.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir berencana mensinergikan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Permodalan Nasional Madani (PMN) dan PT Pegadaian.

Sinergi tersebut dilakukan demi mengembangkan pembiayaan bagi pelaku usaha ultra mikro.

Menurut mantan bos Inter Milan itu, saat ini bisnis model PMN dan Pegadaian sangat bagus.

Namun, pembiayaan yang diberikan berjangka panjang dan memiliki biaya tinggi.

“Kalau kita lihat sekarang PNM bisnis modelnya sangat bagus. Tapi pendanaannya sangat mahal. Jadi sangat tidak fair kalau kita membantu korporasi besar bunganya 9 persen, tapi PNM harus lebih mahal. Bukan salah PNM-nya, tapi akses dananya mahal,” ujar Erick.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com