Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dorong Pemulihan Ekonomi, Mendag Optimalkan Perjanjian Dagang Internasional

Kompas.com - 09/02/2021, 15:11 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan, kementeriannya berupaya meningkatkan ekspor nonmigas untuk mendorong pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Salah satunya dengan mengoptimalkan perjanjian perdagangan internasional.

“Untuk mencapai target pertumbuhan ekspor nonmigas, kita harus membuka pasar Indonesia dan berkolaborasi dengan berbagai negara melalui perjanjian dagang yang sudah ada. Hal itu sekaligus sebagai upaya meningkatkan nilai tambah masing-masing produk yang diekspor,” ujar Mendag lewat keterangan resmi diterima di Jakarta, Selasa (9/2/2021), sebagaimana dikutip Antara.

Baca juga: Wamendag Sebut Game Online Potensial Ekspor

Sejumlah perjanjian perdagangan yaitu Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IKCEPA), Indonesia-Pakistan (IP-PTA), dan Indonesia-Australia.

Neraca perdagangan Indonesia pada 2020 mencatatkan surplus sebesar 21,7 miliar dollar AS dan menjadi yang tertinggi sejak 2012.

Namun, hal ini perlu diwaspadai karena surplus disebabkan penurunan impor yang lebih tajam. Ekspor selama 2020 hanya turun 2,6 persen (YoY), sementara impor turun hingga 17,3 persen (YoY).

Lutfi mengungkapkan, ada tiga negara yang menjadi sumber surplus neraca perdagangan terbesar Indonesia, yaitu Amerika Serikat (surplus 11,13 miliar dollar AS), India (6,47 miliar dollar AS), dan Filipina (5,26 miliar dollar AS).

Adapun lima produk ekspor dengan pertumbuhan positif tertinggi pada 2020/2019 (YoY) adalah besi baja sebesar 46,84 persen, perhiasan 24,21 persen, minyak sawit mentah (crude palm oil per CPO) 17,5 persen, furnitur 11,64 persen, dan alas kaki 8,97 persen.

Baca juga: Wamendag Ungkap Tantangan RI Genjot Ekspor Produk Bernilai Tambah

Menurut Lutfi, pada 2020, komoditas besi baja menempati urutan ke-3 pada ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 7 persen atau senilai 10,85 miliar dollar AS.

Indonesia merupakan negara penghasil komoditas besi dan baja terbesar kedua di dunia setelah China. Bahkan, lebih dari 70 persen besi baja Indonesia diekspor ke China.

Komoditas perhiasan juga menjadi andalan ekspor Indonesia.

Produk perhiasan pada 2020 menempati urutan ke-5 pada ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 5,3 persen dengan nilai 8,2 miliar dollar AS.

Hampir 80 persen produk perhiasan diekspor ke Singapura, Swiss, dan Jepang.

Baca juga: Pertemuan WTO, Mendag Bahas Pentingnya Reformasi Organisasi hingga Subsidi Perikanan

Selain itu, untuk memastikan ekspor terus berjalan, pemerintah akan terus mengawal dan memastikan pengamanan perdagangan produk-produk Indonesia di luar negeri dengan diplomasi perdagangan.

"Selama pandemi Covid-19, tercatat ada 37 kasus pengamanan perdagangan dari 14 negara, terdiri dari 24 kasus antidumping dan 13 kasus safeguard. Pemerintah juga berkomitmen menjalani proses baku penyelesaian sengketa di WTO terkait bahan mentah Indonesia dan hambatan perdagangan produk biodiesel berbahan baku minyak sawit oleh Uni Eropa," kata Lutfi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com