Dari enam faktor ini, ketersediaan stasiun pengisian baterai dan harga kendaraan listrik menjadi faktor yang paling penting mempengaruhi konsumen ketika mengadopsi kendaraan listrik.
Selain konsumen, para manajer otomotif di India juga mengemukakan lima faktor yang dipertimbangkan ketika pabrikan akan mengembangkan kendaraan listrik.
Pertama, pemilihan teknologi pengisian baterai. Pemilihan model bisnis berdasarkan pemilihan teknologi pengisian baterai atau penggantian baterai (battery swapping).
Kedua, konfigurasi charger. Pemilihan spesifikasi teknis dari alat pengisian baterai. Semakin tinggi tingkat pengisian akan mengurangi waktu tunggu pengisian baterai.
Ketiga, impor komponen elektronik. Semakin tinggi tingkat kandungan lokal di dalam modul sel untuk membuat baterai semestinya dapat menurunkan harga penjualan kendaraan listrik.
Kendala di India adalah bahan baku untuk produksi baterai hampir seluruhnya harus diimpor.
Keempat, penjualan. Permintaan kendaraan listrik dipengaruhi oleh intensi konsumen untuk mengadopsinya.
Permintaan yang tinggi akan mendorong penerimaan (revenue) bagi pabrikan sehingga dapat memenuhi skala ekonomi.
Kelima, tingkat inovasi teknologi. Aspek ini terkait dengan kemajuan teknologi pengisian baterai dan konfigurasi charger yang digunakan.
Dari kelima faktor ini, pemilihan teknologi pengisian dianggap paling penting bagi para pelaku industri otomotif ketika mengembangkan kendaraan listrik.
Faktor impor komponen elektronik walaupun memengaruhi harga jual kendaraan dianggap tidak terlalu penting ketimbang faktor lainnya.
Temuan penelitian tersebut tentu perlu disikapi dengan bijaksana karena kondisi yang berbeda antara dua negara, namun tetap memberikan manfaat.
Minimal memberikan gambaran tentang bagaimana konsumen dan pelaku indutri otomotif India berproses mengadopsi kendaraan listrik
Jalan Indonesia untuk menjadi pemain utama kendaraan listrik dunia memang masih panjang. Walau demikian, langkah pemerintah merintis jalan itu sejak sekarang patut didukung semua pemangku kepentingan.
Jika Indonesia kini bukan pemain utama industri otomotif konvensional, siapa yang bisa menampik jika era kendaraan listrik bisa menjadi panggung bagi Indonesia untuk tampil sejajar dengan negara maju lainnya pada perayaan Indonesia Emas 2045.
Franky Selamat
Dosen tetap Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Tarumanagara