Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Volume Turun, Nilai Ekspor Kelapa Sawit Sepanjang 2020 Naik Menjadi Rp 321,5 Triliun

Kompas.com - 10/02/2021, 12:36 WIB
Rully R. Ramli,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekspor minyak kelapa sawit beserta turunannya mengalami penurunan sepanjang tahun lalu, akibat dari kebijakan pembatasan selama pandemi Covid-19.

Namun, jika dilihat nilainya, ekspor minyak sawit beserta turunannya pada 2020 mengalami kenaikan.

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman mengatakan, berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), realisasi volume ekspor minyak sawit pada tahun lalu hanya mencapai 34 juta metrik ton, turun 9 persen dibanding tahun sebelumnya.

Baca juga: Kelapa Sawit Dituding Jadi Perusak Hutan, Ini Respon Pemerintah

Akan tetapi, nilai ekspor dari komoditas itu justru mengalami kenaikan sebesar 13,6 persen secara tahunan, menjadi 22,97 miliar dollar AS atau setara Rp 321,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per dollar AS) pada 2020.

"Dari sisi nilai ini meningkat, disebabkan kenaikan harga-harga produk kelapa sawit di tahun 2020," ujar Eddy dalam sebuah diskusi virtual, Rabu (10/2/2021).

Menurut Eddy, dengan realisasi tersebut, minyak kelapa sawit memiliki peranan yang besar terhadap perekonomian nasional.

Pasalnya, minyak sawit memiliki rata-rata porsi sebesar 14,19 persen terhadap total ekspor komoditas nonmigas nasional.

Komoditas kelapa sawit juga disebut memberikan peranan penting terhadap perekonomian dilihat dari sisi penerimaan pajak negara.

Baca juga: Airlangga Sebut Kelapa Sawit Komoditas Paling Efisien Gunakan Lahan

Berdasarkan data BPDPKS, rata-rata industri minyak kelapa sawit menyetorkan pajak Rp 14 triliun hingga Rp 20 triliun per tahunnya.

"Ini peranan sektor sawit begitu signifikannya terhadap perekonomian di Indonesia," ucapnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan, penurunan volume eksor minyak sawit dipengaruhi kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia, di mana membuat permintaan sebagian besar negara menurun.

"Penurunan ini sangat bisa dimaklumi karena pasar global mengalami distraksi. Ada pelemahan permintaan karena hampir semua negara tujuan ekspor yang besar mengalami lockdown, mulai dari Eropa hingga China," ujar Joko dalam konferensi pers virtual, Kamis (4/2/2021).

Baca juga: Remajakan Lahan Sawit 180.000 Hektar, Pemerintah Siapkan Rp 5,5 Triliun

Penurunan terbesar terjadi pada China sebesar 1,96 juta ton atau anjlok 24 persen, Uni Eropa 712.700 ton atau 12 persen, Bangladesh 323.900 ton atau 23 persen, Timur Tengah 280.700 ton atau 11 persen, dan Afrika 249.200 ton atau 8 persen.

Namun, pengiriman menuju Pakistan tetap mampu naik 275.700 ton atau tumbuh 12 persen. Begitu pula ekspor ke India yang naik 111.700 ton atau tumbuh 2 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com