JAKARTA, KOMPAS.com - Industri kelapa sawit dalam negeri tetap mampu berkinerja positif di tengah tekanan pandemi Covid-19, baik dari sisi perkebunan, petani, maupun pabrik.
Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Medali Emas Manurung mengatakan, petani kelapa sawit dalam kondisi yang baik, tak terimbas pandemi. Bahkan, terjadi tren kenaikan harga pada tandan buah segar (TBS).
Hal itu berdasarkan survei yang dilakukan pada 11 provinsi dari 22 provinsi penghasil kelapa sawit yang dibawahi Apkasindo. Indikator survei itu mencakup dampak pandemi terhadap kegiatan panen, jumlah panen, hingga harga TBS.
"Jadi sebenarnya, justru pada saat pandemi Covid-19, petani itu semakin sejahtera karena faktanya harga sawit semakin naik," ungkap Gulat dalam webinar tentang Strategi Penguatan Kebijakan Pengelolaan Sawit, Rabu (10/2/2021).
Baca juga: Berkat Biodiesel, Pertamina Sudah Tak Lagi Impor Solar
Menurutnya, capaian positif industri sawit sepanjang tahun lalu utamanya didorong mandatori B30 atau campuran biodiesel 30 persen dalam BBM jenis solar. Program tersebut meningkatkan penyerapan sawit di dalam negeri.
Gulat bilang, tingginya penggunaan produk sawit turut membuat harga TBS menunjukkan tren peningkatan menjadi berkisar Rp 1.800 per kilogram. Sebelumnya, harga TBS hanya berkisar Rp 900-Rp 1.100 per kilogram.
"Jadi faktanya B30 memang membuat industri sawit semakin baik," kata dia.
Hal senada juga sempat diungkapkan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono, yang menyebut indusri kelapa sawit tetap berjalan baik di tengah pandemi.
"Walaupun situasi pandemi, tapi industri sawit Indo tetap berjalan dengan normal. Perkebunan, petaninya, dan pabrik-pabriknya berjalan normal," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (4/2/2021).
Joko bahkan mengklaim tak ada kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada industri ini selama pandemi. Padahal banyak sektor ekonomi lainnya yang melakukan pengurangan pekerja imbas dari tekanan Covid-19.
"Saya monitor di industri sawit tidak terjadi pengurangan atau merumahkan karyawan, dan tidak terjadi penghentian operasi karena kaitan Covid-19. Kami bisa lewati 2020 dengan baik," ungkap dia.
Berdasarkan data Gapki, konsumsi minyak kelapa sawit (CPO) dalam negeri mencapai 17,35 juta ton di 2020, atau naik 3,6 persen dari 2019 yang sebesar 16,75 juta ton.
Baca juga: Meski Volume Turun, Nilai Ekspor Kelapa Sawit Sepanjang 2020 Naik Menjadi Rp 321,5 Triliun
Secara rinci, konsumsi CPO untuk biodiesel tercatat sebesar 7,2 juta ton di 2020, atau naik 24,13 persen naik dari 2019 yang sebanyak 5,8 juta ton. Lalu konsumsi CPO untuk oleokimia melonjak 60 persen menjadi 1,6 juta ton dari 1 juta ton di tahun sebelumnya.
Sedangkan konsumsi CPO untuk kebutuhan pangan tercatat mencapai 8,4 juta ton, terjadi penurunan dari tahun 2019 yang sebanyak 9,8 juta ton. Hal ini karena banyak restoran tutup akibat kebijakan pembatasan saat pandemi.
Sementara dari segi ekspor CPO tercatat mencapai 34 juta ton sepanjang 2020, turun 9,06 persen dari tahun sebelumnya yang sebanyak 37,39 juta ton.
Meski demikian, secara nilai, kinerja ekspor CPO tahun lalu tumbuh positif sebesar 13,65 persen. Pada 2020 nilai ekspor CPO mencapai 22,97 miliar dollar AS, lebih tinggi dari 2019 yang sebesar 20,21 miliar dollar AS.
Baca juga: Kelapa Sawit Dituding Jadi Perusak Hutan, Ini Respons Pemerintah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.