Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Daftar Uang Rupiah Belum Dipotong yang Beredar

Kompas.com - 14/02/2021, 19:16 WIB
Muhammad Choirul Anwar,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Bank Indonesia pernah beberapa kali menerbitkan pecahan uang kertas bersambung atau uncute notes. Uang rupiah khusus ini dicetak dengan beragam pecahan mulai Rp 2.000 hingga Rp 100.000.

Uang itu dicetak dengan jumlah terbatas. Setiap lembarnya dilengkapi sertifikat keaslian dari Bank Indonesia, serta dikemas dengan menarik sehingga sering dijadikan sebagai koleksi ataupun souvenir.

Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, masing-masing cetakan memiliki ciri-ciri berbeda. Begitu juga mengenai jumlah bilyet yang tersambung dalam satu cetakan dari masing-masing pecahan berkisar antara dua hingga empat bilyet.

Baca juga: Ini Penampakan 6 Uang Rupiah yang Tak Lagi Berlaku Tahun Depan

Pecahan Rp 2.000 bersambung

Uang kertas bersambung pecahan Rp 2.000 meliputi dua jenis cetakan, yakni menggunakan empat bilyet dan dua bilyet. Keduanya diterbitkan pada tanggal 10 Juli 2009 dengan corak yang didominasi warna abu-abu.

Bagian depan uang ini bergambar Pangeran Antasari, yakni sosok pemimpin tertinggi di Kesultanan Banjar. Dalam sejarahnya, Pangeran Antasari bersama pasukannya dengan gagah berani menghadapi pasukan Belanda yang pada saat itu telah memiliki persenjataan modern.

Setelah bertahun-tahun berperang, Pangeran Antasari akhirnya wafat ditengah-tengah pasukannya karena penyakit yang dideritanya. Dalam perjuangannya, ia tidak pernah menyerah ataupun tertipu oleh bujuk rayu pihak Belanda.

Adapun bagian belakang pecahan ini terdapat gambar tarian adat Dayak. Salah satu tarian adat Dayak yang terkenal adalah tarian Kancet Datun Julut.

Bank Indonesia mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah khusus pecahan Rp 2.000 Tahun Emisi 2009 dalam bentuk empat bilyet yang belum dipotong, dicetak sebanyak 1.600 lembar. Sedangkan yang dalam bentuk dua bilyet belum dipotong, dicetak sebanyak 3.000 lembar.

Baca juga: Begini Cara Bedakan Uang Rupiah Rp 75.000 Asli atau Palsu

Pecahan Rp 10.000 bersambung

Uang pecahan Rp 10.000 yang belum dipotong terdiri dari dua bilyet dan empat bilyet dalam satu cetakan. Keduanya diterbitkan bersamaan pada 18 Oktober 2005, dengan corak yang didominasi warna ungu.

Gambar depan uang ini menampilkan sosok Sultan Mahmud Badaruddin II, yang merupakan Sultan ke-8 dari Kesultanan Palembang. Sedangkan pada bagian belakang, terdapat gambar Rumah Limas dari Palembang, Sumatera Selatan.

Rumah adat Sumatera Selatan ini memiliki bentuk atap menyerupai limas persegi empat serta ornamen simbar dan tanduk pada bagian atas atap. Untuk keperluan keluarga, rumah tradisional ini memiliki lantai bertingkat-tingkat yang disebut Bengkilas.

Bank Indonesia mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah khusus pecahan Rp10.000 Tahun Emisi 2005 dalam bentuk dua bilyet yang belum dipotong, dicetak sebanyak 1.700 lembar. Sedangkan pecahan berbentuk empat bilyet yang belum dipotong, dicetak sebanyak 900 lembar.

Pecahan Rp 20.000 bersambung

Uang kertas bersambung pecahan Rp 20.000 meliputi cetakan dua bilyet dan empat bilyet. Keduanya merupakan uang dengan Tahun Emisi 2004.

Pecahan Rp 20.000 dalam bentuk dua bilyet yang belum dipotong, dicetak sebanyak 5.000 lembar. Sedangkan untuk bentuk empat bilyet yang belum dipotong, dicetak sebanyak 5.000 lembar. Keduanya terbit pada 28 Desember 2004.

Bagian depan uang ini terdapat gambar pahlawan nasional Oto Iskandar Di Nata. Ia merupakan sosok yang berasal dari Bandung, Jawa Barat, yang dikenal dengan julukan Si Jalak Harupat karena keberaniannya melawan penjajah. Nama ini juga disematkan untuk nama stadion di kota kembang, Stadion Si Jalak Harupat, yang menjadi markas klub kebanggaan masyarakat Sunda, Persib Bandung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com