Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah 2020 Minus 5,4 Persen, Singapura Proyeksi Ekonomi Naik hingga 6 Persen Tahun Ini

Kompas.com - 15/02/2021, 10:40 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

SINGAPURA, KOMPAS.com - Singapura memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4-6 persen untuk tahun 2021 setelah mengalami kontraksi sepanjang tahun 2020 akibat pandemi Covid-19.

Proyeksi ini sejajar dengan ekpektasi negara-negara Asia Tenggara yang diperkirakan tumbuh 4-7 persen.

Mengutip Nikkei Asia, Senin (15/2/2021), badan statistik setempat melaporkan negara itu mengalami kontraksi -5,4 persen sepanjang tahun 2020. Di kuartal IV 2020, ekonominya menyusut -2,4 persen.

Baca juga: Ekonomi Sulawesi, Maluku, dan Papua Masih Tumbuh Saat Perekonomian RI Minus, Kok Bisa?

Untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut, Singapura berencana mengendalikan Covid-19 dengan memvaksinasi semua orang dewasa yang dimulai pada September lalu. Hal itu membuat ekonomi perlahan-lahan pulih.

Adapun saat ini sudah ada tanda-tanda positif terjadinya pemulihan ekonomi. Tercatat ada kenaikan ekspor baru-baru ini meski masih diberlakukannya pembatasan perjalanan di tiap-tiap hub.

"Karena perkembangan positif ekonomi eksternal utama secara luas mengimbangi yang negatif, prospek permintaan eksternal Singapura sebagian besar tetap serupa dibandingkan dengan tiga bulan lalu," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.

Prospek Singapura bisa dibilang merupakan mikrokosmos dari sebuah kawasan yang berusaha mendapatkan kembali momentum pertumbuhan seperti tahun 2019.

Meskipun peningkatan ekspor barang konsumen merupakan titik terang, peluncuran vaksin yang berhasil sangat penting untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi termasuk pariwisata, sebagai industri intinya negara Asia Tenggara.

Selain Singapura, beberapa negara Asia Tenggara lainnya sudah mengumumkan proyeksi ekonomi. Meski semua optimistis akan tumbuh, kesuksesan vaksinasi menjadi persyaratan utama menjadi perhatian.

Indonesia misalnya, memproyeksi ekonomi tumbuh antara 4,5 persen hingga 5,5 persen tahun ini, setelah mengalami penurunan 2,1 persen pada tahun 2020. Sejak bulan Januari, Indonesia sudah memulai vaksinasi besar-besaran yang rencananya akan diberikan kepada 181 juta orang.

Angka 181 juta orang itu merupakan 70 persen dari total populasi untuk mencapai herd immunity. Presiden ingin proses vaksinasi akan selesai hingga akhir tahun ini.

Namun, ada kendala logistik bagi negara kepulauan yang luas seperti Indonesia. United Overseas Bank Singapura mencatat, pertumbuhan PDB Indonesia pada tahun 2021 bisa terbatas pada 2 persen dalam skenario pesimistis, saat kemanjuran vaksin 50 persen dan cakupan populasi sebesar 35 persen.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Minus, Menko Airlangga: Sedikit Lebih Baik dari Banyak Negara

Sementara Filipina memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen hingga 7,5 persen tahun ini, setelah mengalami penurunan dalam mencapai 9,5 persen sepanjang tahun 2020.

Sedangkan di Malaysia, bank sentral negara setempat belum mengumumkan proyeksi ekonomi di tahun 2021. Minggu lalu, Bank Negara Malaysia hanya mengumumkan ekonominya menyusut -5,6 persen pada tahun 2020. Capaian merupakan yang terburuk sejak krisis keuangan Asia tahun 1998.

"Memasuki tahun 2021, kami optimis pertumbuhan akan pulih, didukung oleh kenaikan permintaan global dan normalisasi kegiatan ekonomi domestik. Risiko penurunan pertumbuhan tetap ada, dengan mengacu pada kecepatan dan kekuatan pemulihan pandemi secara global dan domestik," ungkap Bank Negara Malaysia.

Lain lagi dengan Thailand. Negara ini memproyeksi ekonomi tunbuh sebesar 3,5 persen hingga 4,5 persen. Ketergantungan yang sangat besar pada pariwisata membuat ekonomi dapat mengalami rebound yang lebih lemah daripada negara-negara regional lainnya, mengingat pembatasan yang terus berlanjut pada perjalanan internasional.

Baca juga: Ekonomi Inggris 2020 Minus 9,9 Persen, Rekor Terburuk Sejak 1709

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com