TANGGAL 2 Maret nanti bisa dikatakan merupakan hari ulang tahun pertama Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 di Indonesia yang diketahui pertama kali menyerang korban di Depok, Jawa Barat, 2 Maret 2020.
Jutaan korban berjatuhan, banyak yang meninggal dunia, tapi jauh lebih banyak yang sembuh.
Vaksin Covid-19 sudah disuntikkan untuk yang perdana kepada Presiden Joko Widodo pada 13 Januari lalu. Selama 18 bulan ke depan vaksinasi terhadap 181,5 juta penduduk Indonesia ditargetkan selesai.
Selain kesehatan masyarakat, pandemi Covid-19 juga membawa dampak buruk terhadap perekonomian Indonesia. Ribuan perusahaan berguguran. Tak terkecuali Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Data Smesco Indonesia, 35,6 persen UMKM sektor olahan makanan omzetnya menurun drastis. Disusul sektor fesyen 16 persen, kerajinan 13,8 persen dan sisanya sektor lain seperti rumah makan, jasa, manufaktur, pertanian, warung kopi, kue kering dan lain-lain.
Untuk mengatasi dampak kesehatan, telah dan sedang dilakukan vaksinasi. Lantas, untuk mengatasi dampak ekonomi akibat Covid-19, apa yang harus dilakukan pemerintah?
Tak lain adalah menggalakkan kewirausahaan. Bahkan kewirausahan bisa disebut sebagai "vaksin" sesungguhnya untuk mengatasi dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Baca juga: Menteri Teten: Wirausaha Merupakan Pilihan Tepat!
Masih di belakang
Ya, sebagian besar pengusaha jatuh dan sebagian kecil bisa bertahan bahkan bertumbuh. Ini diprediksi masih akan terus terjadi hingga 2023.
Kewirausahaan bisa direlasikan dengan dukungan iklim kewirausahaan di Indonesia. Saat ini Indonesia menjadi negara dengan urutan terbelakang dilihat dari Global Entrepreneurship Index 2019, yakni peringkat ke-85 dari 129 negara.
Jika dilihat dari Global Entrepreneurship Monitoring 2019, Indonesia masih di belakang daripada negara lain. Salah satu penyebabnya ialah dukungan infrastruktur. Tidak heran kalau hal ini kemudian menjadi keutamaan program pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Pembangunan infrastruktur
Periode pertama Jokowi, pembangunan infrastruktur 2015-2019 mencapai 3.194 kilometer (km) jalan perbatasan, 1.387 km jalan tol, 811,9 km rel kereta api, 136 pelabuhan, 15 bandar udara, 65 bendungan, dan 12,148 km jaringan serat optik Palapa Ring.
Tahun 2020, meski dihadang krisis akibat pandemi Covid-19, pemerintah berhasil menyelesaikan sejumlah target infrastruktur mulai dari jalan, bendungan, hingga jembatan. Progres tahun 2020, dari pagu 103,78 persen realisasi anggaran 93,9 persen dengan realisasi fisik (capaian infrastruktur) 94,9 persen.
Tahun 2021, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan infrastruktur Rp 417,8 triliun.
Kebijakan pembangunan infrastruktur 2021 merupakan pembangunan berkelanjutan pasca-pandemi Covid-19 dengan penguatan infrastruktur digital dan mendorong efisiensi logistik dan konektivitas.
Kebijakan infrastruktur diarahkan pada infrastruktur padat karya yang mendukung kawasan industri dan pariwisata, pembangunan sarana kesehatan masyarakat dan kebutuhan dasar seperti air, sanitasi, pemukiman untuk mendukung penguatan sistem kesehatan nasional. Anggaran infrastruktur 2021 juga diperuntukan bagi penyelesaian kegiatan prioritas yang tertunda di 2020.
Adapun target output strategis 2021 untuk pelayanan dasar adalah pembangunan rumah susun dan rumah khusus 10.706 unit, bendungan 53 unit di mana 43 unit sedang dibangun dan 10 bendungan baru. Kemudian, akses sanitasi dan persampahan untuk melayani 1.643.844 Kepala Keluarga (KK), jaringan irigasi dibangun sepanjang 600 km, yang direhabilitasi sepanjang 3.900 km, dan jaringan irigasi tanah sepanjang 100 km.
Sedangkan untuk konektivitas akan dibangun jalan 965,4 km, jembatan 26,9 km, jalur kereta api 446,56 km dan bandara 10 unit.
Untuk bidang energi dan ketenagalistrikan yaitu pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga sebanyak 120.776 Sambungan Rumah Tangga (SR), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Rooftop & PLTS Cold Storage 11,8 MegaWatt-peak (MWp).
Untuk Teknologi Informasi (TI) akan dibangun Base Transceiver Station (BTS) di 5.053 lokasi di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) serta Palapa Ring di Indonesia bagian barat 40 persen, tengah 30 persen, dan timur 30 persen.
Semoga harapan jadi kenyataan, dukungan infrastuktur yang akan membuat iklim wirausaha di Indonesia menjadi meningkat dimasa mendatang.
Baca juga: Mau Mulai Bisnis? Simak 5 Mitos tentang Wirausaha
Wirausaha bukan bisnis
Kewirausahaan sering dihubungkan dengan bisnis, padahal jauh dari itu. Wirausaha adalah sebuah mindset atau pola pikir untuk bisa bertahan dan bahkan bertumbuh di dalam kondisi apa pun, khususnya di masa pandemi.
Tidak heran kalau banyak pengusaha bermunculan di Indonesia, namun hanya sedikit yang jika gagal dia akan bangkit lagi dan bertumbuh. Dengan kata lain, kegagalannya cukup tinggi.
Memang kegagalan di dalam proses berwirausaha sudah mutlak adanya, namun bagaimana menyikapi kegagalan itu yang menjadi sangat penting untuk menjadikan sejatinya seorang wirausahawan.
Saat ini pemerintah bekerja sama dengan swasta juga banyak memberikan pelatihan untuk membuat masyarakat pandai berbisnis. Padahal yang dibutuhkan adalah lebih banyak "softskill" seperti bagaimana mengerti sesama, berkolaborasi, bekerja sama, saling memahami perbedaan, mudah beradaptasi dan lain-lain yang akan meningkatkan jiwa wirausaha yang dikenal pantang menyerah dalam kondisi apa pun.
Pendidikan kewirausahaan
Jika dilihat dari cara mendidik calon wirausaha, memang caranya berbeda. Saat sekolah biasa kita diberikan materi dulu (belajar), setelah itu diberikan PR (pekerjaan rumah) agar bisa mengaplikasikannya dan akhirnya kita mampu.
Berbeda dengan mendidik wirausaha, orientasinya terbalik, yakni langsung praktik mengaplikasikan, belajar dengan membandingkan dengan teori serta belajar dari kesalahan, dan akhirnya menjadi mampu dan mahir.
Cara ini telah diterapkan lebih dari 100 tahun di sekolah wirausaha terbaik di Amerika Serikat, yaitu Babson College. Dengan metode pembelajaran ACT - LEARN - BUILD, diharapkan akan lahir seorang wirausaha yang tangguh, berorientasi pada tindakan dan mudah beradaptasi pada kondisi apa pun, pada saat pandemi sekalipun.
Orientasi pendidikan kewirausahaan di Indonesia
Saat ini sudah ada titik terang karena Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim seorang entrepreneur yang berhasil memberikan solusi bagi Indonesia dengan startup Gojek-nya.
Penerapan pendidikan kewirausahaan ini dilakukan dalam beberapa programnya seperti Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan secara spesifik kewirausahaan program tersebut adalah PKMI (Program Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia).
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud telah membuka PKMI 2021. Kegiatan PKMI 2021 terdiri atas tiga program, yakni Kegiatan Berwirausaha Mahasiswa Indonesia (KBMI), Akselerasi Startup Mahasiswa Indonesia (ASMI), dan Pendampingan Wirausaha Mahasiswa Indonesia (PWMI).
Untuk mendapatkan modal usaha, mahasiswa dari seluruh perguruan tinggi berkesempatan mengajukan usulan usaha untuk program KBMI dan ASMI.
Usulan usaha tersebut nantinya akan diseleksi untuk menjadi peserta program tersebut. Bagi mahasiswa yang usulan usahanya lolos penilaian, akan mendapatkan bantuan dana pengembangan wirausaha dan pendampingan dari para CEO, Pengusaha dan Praktisi.
Baca juga: Kiprah Wirausaha Desa Mereguk Manisnya Pasar Wisata
Bantuan dana wirausaha mahasiswa?
Pemerintah memberikan pendanaan usaha, apakah itu tidak menghambur-hamburkan uang? Padahal mahasiswa belum mahir untuk berbisnis.
Seperti tujuan awal, kita membentuk "mindset" wirausaha mahasiswa melalui program PKMI. Jika direlasikan dengan metode pembelajaran kewirausahaan, yakni ACT - LEARN - BUILD, memberikan pendanaan kegiatan berwirausaha mahasiswa yang sudah minimal berjalan 6 bulan akan sangat tepat. Mereka pasti sudah pernah merasakan memulai usaha dari nol, jatuh bangun dan salah mengambil keputusan.
Banyak juga pembelajaran yang didapatkan selama proses berwirausaha. Ditambah dengan bantuan dana maka akan menjadikan energi baru dalam membangun usahanya.
Program ini dilakukan dengan seleksi yang sangat ketat, sesuai dengan arahan Mas Menteri, kualitas menjadi hal yang utama.
ACT - LEARN - BUILD
Jadi jelas, berorientasi pada tindakan, belajar dari proses dan memberikan dampak kepada masyarakat menjadi kuncinya, dan itu ciri khas dari kewirausahaan.
Bayangkan jika ini ada di setiap orang di Indonesia, pasti Indonesia semakin kuat dan jauh dari isu-isu receh yang sering kita lihat di sosial media. Selain Vaksin Covid 19 yang menjadi jalan keluar dari kondisi pandemi sekarang ini, ada vaksin lain yang akan lebih berdampak jangka panjang, yaitu vaksin Kewirausahaan!
Vaksin ini tidak perlu dokter atau tenaga medis untuk memberikan dan menyebarkannya, semua bisa berperan. Bagaimana, siap?
Salam kewirausahaan!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.