Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Apa Peluang dan Tantangan Pemulihan Ekonomi ASEAN Pasca-pandemi?

Kompas.com - 16/02/2021, 09:50 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonomi negara-negara di Asia Tenggara terpukul pandemi Covid-19. Sebagian besar negara di kawasan mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif sepanjang tahun lalu.

Perdagangan antarnegara yang seharusnya bisa mendorong perekonomian pun terhambat. Sebab perekonomian empat mitra dagang utama ASEAN turut tertekan pandemi.

Amerika Serikat (AS) mengalami kontraksi ekonomi sebesar -3,5 persen sepanjang 2020, Singapura sebesar -5,8 persen, dan Uni Eropa sebesar -6,4 persen. Ekonomi China sempat terpuruk di kuartal I-2020, namun mampu pulih kembali dengan tumbuh 2,3 persen di tahun lalu.

Baca juga: Setelah 2020 Minus 5,4 Persen, Singapura Proyeksi Ekonomi Naik hingga 6 Persen Tahun Ini

Kendati demikian, Peneliti Senior Departemen Ekonomi CSIS Indonesia Fajar B. Hirawan menilai, ada peluang yang bisa dimanfaatkan ASEAN untuk meningkatkan kapasitas ekonomi dan mendorong pemulihan kawasan pasca-pandemi Covid-19.

Peluang itu di antaranya pembangunan infrastruktur untuk konektivitas dan teknologi digital. Tentunya ini perlu didukung dengan pendanaan yang memadai.

"Sepanjang pandemi, sektor informasi dan komunikasi tumbuh dengan signifikan dobel digit, karena terbatasnya pergerakan masyarakat akibat lockdown," ujar Fajar dalam webinar CSIS, Senin (15/2/2021).

Menurut dia, dengan perkembangan teknologi tersebut, ekonomi ASEAN ke depannya akan berbasiskan inovasi. "Masa depan ekonomi akan berbasis inovasi dan lebih banyak less-contact," imbuhnya.

Ia menilai, investasi dari mitra ekonomi strategis ASEAN dapat dimanfaatkan untuk mendukung reindustrialisasi, konektivitas, dan inovasi bagi negara-negara kawasan. Sehingga peluang yang ada dalam pemulihan ekonomi pasca-pandemi bisa dioptimalkan.

Saat ini sektor-sektor yang menjadi prioritas investasi para mitra ASEAN, seperti AS, Jepang, dan Kanada adalah finansial dan aktivitas asuransi. Sementara bagi investor Uni Eropa investasi tertinggi pada sektor ritel.

Baca juga: Ekonomi Inggris 2020 Minus 9,9 Persen, Rekor Terburuk Sejak 1709

Di sisi lain, industri manufaktur menjadi fokus para investor asal China, Korea Selatan, bahkan negara-negara ASEAN lainnya untuk menanamkan dananya di kawasan.

Diharapkan fokus investasi dari mitra ekonomi stratgeis ASEAN bisa semakin berkembang dan beragam, mengingat pandemi telah mendorong pengembangan digitalisasi dengan signifikan.

"Tentu saja ASEAN juga perlu meningkatkan konektivitas melalui ketersediaan infrastruktur, serta meningkatkan inovasi," kata Fajar.

Namun dalam memanfaatkan peluang-peluang tersebut, lanjutnya, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi negara-negara kawasan.

Di antaranya, pandemi mendorong negara-negara dunia melakukan proteksionisme perdagangan, lantaran mengutamakan kebutuhan dalam negeri. Oleh sebab itu, penting untuk kembali mendorong kerja sama multilateral sehingga penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi bisa dilakukan di seluruh dunia.

Tantangan lainnya adalah tingkat kasus penularan virus corona yang tinggi di sejumlah negara ASEAN akan menghambat upaya pemulihan ekonomi. Kini beberapa negara di kawasan bahkan menghadapi gelombang kedua pandemi Covid-19.

"Serta tantangan lain yaitu prioritas pembangunan di ASEAN mungkin bergeser akibat pandemi, salah satunya ke digitalisasi. Maka negara-negara di kawasan perlu lebih mendorong inovasi kedepannya," pungkas Fajar.

Baca juga: Naik Lagi, Anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional Tahun Ini Jadi Rp 688,3 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Whats New
Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Earn Smart
Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Earn Smart
Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Whats New
United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

Whats New
Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Whats New
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Earn Smart
Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com