JAKARTA, KOMPAS.com – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut terdapat tujuh surat utang senilai Rp 10 triliun yang saat ini dalam pipeline. Surat utang tersebut terdiri dari tiga sukuk dan tujuh obligasi.
Adapun jumlah emisi obligasi dan sukuk baru yang dicatatkan sejak awal tahun 2021 hingga Selasa (16/2/2021) sudah mencapai Rp 5,11 triliun, dengan total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 473 emisi dari 130 emiten dengan nilai nominal outstanding Rp 427,09 triliun dan 47,5 juta dollar AS.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengatakan, outstanding obligasi korporasi mulai menunjukkan pertumbuhan, setelah sebelumnya mengalami penurunan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.
Baca juga: Kimia Farma Target Turunkan Impor Bahan Baku Obat
Nyoman mengatakan, ada beberapa faktor yang diperkirakan menjadi katalis bagi pendanaan korporasi di pasar modal.
Pertama, kebijakan moneter dan fiskal yang tetap akomodatif (ruang penurunan suku bunga akan berlanjut/ tren suku bunga rendah akan menurunkan cost of fund penerbitan surat utang korporasi).
Kedua, momentum prospek pemulihan ekonomi 2021 (Kebutuhan dana ekspansi perusahaan di tahun 2020 yang tertunda, serta adanya tren refinancing perusahaan atas utang jatuh tempo),
Selanjunya, tren pelemahan dollar AS di tengah kebijakan akomodatif AS (aliran dana asing diperkirakan kembali ke pasar negara berkembang untuk mencari imbal hasil yang lebih tinggi) juga menjadi katalis pendanaan korporasi di pasar modal.
Baca juga: Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 13.930 Per Dollar AS
Stimulus dari bank sentral meningkatkan likuiditas di pasar keuangan (penempatan dana perbankan di pasar obligasi diperkirakan meningkat.
“Secara umum kondisi tersebut memberikan optimisme akan pertumbuhan ekonomi dan diharapkan penerbitan Obligasi dan Sukuk di tahun ini lebih kondusif dibandingkan tahun 2020,” jelas Nyoman kepada wartawan, Selasa (16/2/2021).