Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLTS Bisa Genjot Bauran Energi Terbarukan dan Rasio Elektrifikasi, ini Alasannya

Kompas.com - 17/02/2021, 13:26 WIB
Rully R. Ramli,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menjadi opsi terbaik dalam mendorong percepatan pemanfaatan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada tahun 2025.

Direktur Jenderal EBTKE Dadan Kusdiana mengatakan, PLTS memiliki sejumlah kelebihan dibanding sumber EBT lainnya, seperti kecepatan dan kemudahan pembangunan pembangkit.

"Kan ini ada di mana pun, tidak terlalu sulit untuk studi kelayakan membangun PLTS, apalagi untuk di atas atap," kata Dadan dalam keterangan tertulis, Rabu (17/2/2021).

Baca juga: BRI dan Len Industri Kerja Sama untuk Pembiayaan PLTS Atap

Sampai dengan saat ini, realisasi bauran EBT dalam bauran energi nasional baru mencapai 11,5 persen, atau separuh dari target yang telah ditetapkan.

Menurut Dadan, target tersebut harus dapat dicapai, untuk merealisasikan target penurunan gas ruma kaca sebesar 29 persen pada tahun 2030.

"Kita hanya punya waktu 5 tahun untuk menuju ke sana (bauran EBT), jadi kalau EBT tidak tercapai, pasti target penurunan gas rumah kaca pun tidak akan tercapai," jelasnya.

Guna mendukung pencapaian target tersebut, sambung Dadan, Kementerian ESDM tengah menyusun grand strategi energi nasional untuk jangka menengah hingga tahun 2035.

Dalam perencanaan tersebut, PLTS akan mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan energi di masa mendatang melalui pemberian insentif khusus.

Baca juga: Terbesar di ASEAN, PLTS di Waduk Cirata Dibangun Mulai Tahun Depan

"Kami ada program PLTS terapung, dalam RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) sekarang sedang disusun dan kami akan memasukkan semua waduk yang ada di Jawa," kata Dadan.

Lebih lanjut, Dadan menilai, pengembangan PLTS akan jauh lebih baik apabila dikombinasikan dengan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Pasalnya, hampir semua PLTA digunakan sebagai peaker yang hanya digunakan saat beban puncak dan tidak dapat digunakan selama 24 jam karena ketersediaannya semakin terbatas.

"Umumnya dipakai sore hari, nah siangnya, logisnya, PLTA digantikan dengan PLTS, jadi ini PLTA dan PLTS ini saling mengisi," kata dia.

Melalui pemanfaatan PLTS, Pemerintah berharap dapat meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi dengan berpijak kepada energi bersih.

Baca juga: PLN Bangun PLTS di Pulau Paling Utara di Kepulauan Seribu

Pemanfaatan PLTS juga diproyeksi bisa menjadi solusi dalam mengejar rasio elektrifikasi melalui konversi PLT Diesel ke PLT EBT.

"Pada saatnya, kita bisa meningkatkan daya saing dari sisi kegiatan ekonomi," ucap Dadan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com