Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Timah Masih Berpotensi Melonjak, Ekonom: Perlu Dimanfaatkan

Kompas.com - 17/02/2021, 13:40 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga timah, komoditas yang sering digunakan untuk solder dan semikonduktor di industri elektronik, kembali melonjak sebesar 6 persen karena adanya kekhawatiran akan krisis pasokan.

Harga timah untuk kontrak tiga bulan di London Metal Exchange (LME) melejit sebesar 24.875 dollar AS atau sekitar Rp 348,9 juta per ton.

Angka ini merupakan yang tertinggi dalam 7 tahun terakhir.

Baca juga: Gugatan PKPU terhadap PT Timah Ditolak Pengadilan Niaga

Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengatakan, harga timah berpotensi melanjutkan kenaikan seiring dengan masih lemahnya indeks dollar yang berkorelasi negatif dengan harga komoditas.

Hal ini terlihat selama ledakan komoditas pada tahun 2008-2011 yang lalu. Tercatat korelasi antara BDXY-BCOM berada di -0,85, menunjukkan hubungan terbalik yang kuat.

"Kami pikir komoditas termasuk logam dapat terus mendapatkan keuntungan dari kelebihan likuiditas dan lingkungan dollar AS yang lemah. Jika pelemahan dollar masih berlanjut, tren harga komoditas termasuk timah, nikel, dan tembaga masih akan naik ke depannya," kata Satria dalam laporannya, Rabu (17/2/2021).

Satria menuturkan, Indonesia sendiri adalah pemasok terbesar kedua di dunia untuk komoditas tersebut.

Kontribusinya sekitar 25 persen dari total produksi global 300.000 ton per tahun.

Baca juga: Reklamasi Bekas Tambang Timah Habiskan Rp 29 Miliar

Namun, permintaan ekspor timah Indonesia belum diimbangi dengan pasokan.

Berdasarkan volume, laju pertumbuhan majemuk (CAGR) ekspor timah selama lima tahun mencapai -2,5 persen, merupakan yang terendah di antara empat logam utama lainnya.

Logam utama yang dimaksud, antara lain alumunium sebesar 4,9 persen, tembaga 3,53 persen, dan nikel -2,3 persen.

Sementara berdasarkan nilai, ekspor timah Indonesia mencapai 1,13 miliar dollar AS pada tahun 2020, turun 11,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

"Seharusnya (kenaikan harga timah) ini bisa dimanfaatkan untuk mendukung perekonomian domestik Indonesia, karena komoditas timah dibutuhkan di supply chain global sebagai bahan dasar semikonduktor dan alat elektronik," pungkas Satria.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com