Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenko Marves Klaim Pelaut Mampu Tambah Devisa Negara hingga Rp 150 Triliun

Kompas.com - 17/02/2021, 19:03 WIB
Ade Miranti Karunia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Basilio Dias Araujo mengatakan, pemerintah memberikan perhatian besar terhadap pekerja migran Indonesia (PMI).

Salah satunya awak buah kapal (ABK) Indonesia yang bekerja sebagai pelaut.

Menurut dia, ABK ini mampu menambah devisa negara berkisar Rp 151,2 triliun dari pendapatan yang didapatkan.

Baca juga: Lewat Program Pengukuran Kapal Gratis, Kemenhub Terbitkan 73.348 Pas Kecil dan 124.393 Buku Pelaut

"Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Perhubungan, di mana pelaut kita tercatat sekitar 1,2 juta orang dan kebetulan para pelaut kita, terutama pelaut kapal niaga gajinya lumayan bagus di atas 500 dollar AS ke atas, bahkan sampai 3.000, 4.000, sampai 5.000 dollar AS," papar Basilio dalam konferensi pers virtual, Rabu (17/2/2021).

"Kalau kita melihat para pelaut ratings itu pendapatannya sekitar 750 dollar AS, dan kalau kita bikin rata-ratanya kapal niaga sama kapal ikan, kita kalikan angkanya dengan 1,2 juta orang, kemudian kita kalikan 12 bulan, maka sumbangan dari pekerja maritim kita atau pelaut adalah kira-kira Rp 150 triliun," lanjut dia.

Sementara, untuk penerimaan devisa PMI secara keseluruhan bisa mencapai Rp 750 triliun dengan total pekerja migran Indonesia sebanyak 9 juta tenaga kerja, berdasarkan data dari Bank Dunia.

"Kalau angka ini dipakai, lalu kita perkirakan gaji mereka itu 500 dollar AS atau Rp 7 juta, kalau dikali 9 juta PMI, lalu kalau dikalikan 12 bulan, kita akan ketemu angka yang sangat fantastis yaitu Rp 750 triliun. Ini angka yang sangat besar hanya dari sektor PMI kita di luar negeri," ucap Basilio.

Di samping itu, potensi lain yang dapat mendatangkan devisa terbesar bagi negara adalah dari sektor perikanan.

Baca juga: Lebih Enak Buka Bisnis Sendiri atau Dengan Partner?

Menurut data Asosiasi Tuna Indonesia, para pelaut di sektor perikanan khusus untuk pasifik saja tiap tahunnya membutuhkan sekitar 200.000 pelaut.

Angka pelaut pada sektor perikanan wilayah Pasifik saja, kata Basilio, bisa menambah nilai devisa sebesar Rp 25,2 triliun.

"Nah kalau angka 200.000 pelaut ini kita gabung dengan pelaut ratings dan perwira, dan katakanlah yang ratings 150.000, perwira 50.000, lalu gajinya kita kasih rata-rata misalnya untuk ratings Rp 7 juta, dan perwira Rp 21 juta maka dalam satu tahun kita akan temukan angka Rp 25,2 triliun. Itu baru dari satu wilayah laut saja dari belahan dunia ini yaitu dari laut pasifik," kata Basilio.

Oleh karena itu, Kemenko Marves memberikan perhatian khusus kepada para pekerja di sektor maritim.

Baca juga: Ini 13 Pedagang Aset Kripto yang Terdaftar di Bappebti

Sebab, Indonesia termasuk bagian anggota 40 terbesar di Organisasi Maritim Internasional (IMO) sekaligus supplier terbesar ketiga di dunia untuk kapal niaga, setelah China dan Filipina.

"Untuk officers atau perwira itu kita di nomor empat di dunia. Sementara untuk kapal ikan berdasarkan data ILO, Indonesia adalah penyumbang terbesar pelaut untuk sektor perikanan. Dengan demikian, kita tidak alasan bagi negara ini untuk tidak memberikan terhadap para pelaut kita yang bekerja di luar negeri," kata Basilio.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com