Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/02/2021, 14:48 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan BI 7 days (reserve) repo rate (BI-7DRR) ke level 3,50 persen.

Hal tersebut diputuskan sebagai hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang berlangsung pada 17-18 Februari 202I.

BI juga menurunkan suku bunga deposit facility menjadi 2,5 persen dari sebelumnya 3 persen dan suku bunga lending facility menjadi 4,25 persen dari sebelumnya 4,5 persen.

"Dengan mencermati dan mempertimbangkan hal tersebut, RDG BI pada tanggal 17-18 Februari 2021 memutuskan untuk menurunkan BI-7DRRR sebesar 25 bps menjadi 3,50 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi virtual pengumuman hasil RDG Februari, Kamis (18/2/2021).

Baca juga: Bos BI: Kenapa Suku Bunga Kredit Bank Belum Turun?

Perry mengatakan, keputusan ini konsisten dengan perkiraan inflasi yang rendah, stabilitas eksternal dan nilai tukar rupiah yang terjaga, serta upaya bersama untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Dia merinci neraca pembayaran Indonesia sangat baik dan mendukung ketahanan sektor eksternal. Pada tahun 2020, neraca pembayaran Indonesia diperkirakan surplus ditopang oleh defisit transaksi berjalan yang menurun serta transaksi modal dan finansial meningkat.

Di sisi lain, aliran modal asing terus berlanjut di pasar keuangan domestik. Aliran modal asing masuk dalam portofolio investasi sebesar 8,5 miliar dollar AS dalam kurun waktu Januari 2021 hingga 16 Februari 2021.

Sementara itu, neraca perdagangan pada Januari 2021 kembali mencatat surplus sebesar 1,96 miliar dollar AS, melanjutkan surplus yang sudah berlangsung sejak Mei 2020.

"Kinerja positif ekspor juga kembali mencatat angka positif yang tumbuh 12,4 persen (yoy), ditopang oleh permintaan China, AS, Jepang, dan kenaikan harga komiditas global," jelas Perry.

Kemudian, cadangan devisa pada akhir Januari 2021 tercatat mencapai 138 miliar dollar AS. Angkanya setara dengan pembiayaan 10,5 bulan impor atau 10 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Indonesia.

"Jauh di atas standar kecukupan internasional sebesar 3 bulan impor. Defisit transaksi berjalan diproyeksi sebesar 1-2 persen tahun 2021 mendukung Ketahanan eksternal," ungkap Perry.

Adapun nilai tukar rupiah terus mengalami penguatan didukung langkah stabilisasi BI dan masuknya aliran modal asing. Pada 16 Februari 2021, kurs rupiah menguat sebesar 0,22 persen secara rerata dan menguat 0,7 persen secara point to point dibanding Januari 2021.

"BI memandang penguatan nilai tukar berpotensi berlanjut seiring levelnya dan fundamentalnya yang masih undervalue. Hal ini didukung oleh inflasi rendah, premi risiko Indonesia menurun, dan likuditas besar," sebut Perry.

Lalu, inflasi pada tahun 2020 tercatat masih rendah, sejalan dengan permintaan yang belum kuat dan pasokan yang memadai. Tercatat IHK pada Januari 2021 sebesar 0,26 persen (mtm) atau 1,55 persen (yoy).

"Inflasi tahun 2021 diperkirakan terkendali yaitu 3 plus minus 1 persen," pungkasnya.

Baca juga: Hari Ini, BI Diproyeksi Turunkan Suku Bunga ke Level 3,50 Persen

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com