JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menegaskan tidak akan lanjut mendanai defisit fiskal meski anggaran Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) bertambah jadi Rp 688,33 triliun, meningkat dari alokasi sebelumnya Rp 627,9 triliun.
Adapun pembiayaan defisit fiskal yang tak dilanjut BI adalah pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dalam skema tanggung rentang (burden sharing) sesuai Surat Keputusan Bersama (SKB) tanggal 7 Juli 2020.
"Sudah dijelaskan mekanisme pembelian SBN secara langsung ini hanya berlaku untuk APBN 2020," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi virtual, Kamis (18/2/2021).
Baca juga: Milenial Minati E-SBN
Adapun pembiayaan APBN yang masih dilakukan BI pada tahun 2021 ini adalah pembelian SBN di pasar perdana. Hal ini sesuai dengan SKB tanggal 16 April 2020.
Pembelian SBN di pasar perdana ini melalui tiga mekanisme, antara lain, BI sebagai non-competitive bidder, green shoe option, dan private placement jika diperlukan.
"Untuk APBN 2021 mekanismenya adalah BI membeli SBN di pasar perdana sesuai SKB tanggal 16 April yang sudah diperpanjang untuk tahun 2021," pungkas Perry.
Sepanjang tahun 2020, bank sentral melakukan pembelian SBN dari pasar perdana sebesar Rp 473,42 triliun untuk pendanaan APBN 2020.
Sementara itu, besarnya pembelian SBN di pasar perdana hingga 16 Februari 2021 sebesar Rp 40,77 triliun, terdiri dari sebesar Rp 18,16 triliun melalui mekanisme lelang utama dan sebesar Rp22,61 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.