JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak setahun terakhir selama pandemi Covid-19, Bank Indonesia (BI) gencar menurunkan suku bunga acuan BI-7DRRR. Kini, suku bunga acuan berada di level terendah sepanjang sejarah bank sentral, yakni 3,50 persen.
Tujuan gencarnya BI menurunkan suku bunga tak lain untuk membantu ekonomi cepat pulih setelah lesu dihancurkan pandemi Covid-19.
Sebagai otoritas moneter, beberapa kebijakan memang perlu ditransmisikan oleh perbankan sebelum efeknya dirasakan masyarakat. Sayang, bank cenderung lambat menangkap sinyal BI, khususnya dalam penurunan suku bunga kredit.
Hal ini membuat Gubernur BI Perry Warjiyo dan jajarannya geregetan dan bertanya-tanya kenapa suku bunga kredit belum turun.
Agar bank mau menurunkan suku bunga, pemangkasan suku bunga ke level 3,50 persen yang diputuskan kemarin menjadi salah satu alasannya.
"Bank Indonesia mengharapkan perbankan dapat mempercepat penurunan suku bunga kredit sebagai upaya bersama untuk mendorong kredit/pembiayaan bagi dunia usaha dan pemulihan ekonomi nasional," kata Perry dalam konferensi video, Kamis (18/2/2021).
Baca juga: BI Turunkan Suku Bunga Jadi 3,50 Persen
Jika mengacu pada data BI, penurunan suku bunga kredit cenderung terbatas, hanya sebesar 83 bps ke level 9,70 persen.
Penurunan jauh berbeda dengan suku bunga PUAB dan suku bunga deposito yang sedikit banyak sudah mengikuti penurunan suku bunga acuan BI-7DRRR.
Rata-rata suku bunga PUAB overnight saat ini sekitar 3,04 persen dan suku bunga deposito 1 bulan turun sebesar 181 bps ke level 4,27 persen pada Desember 2020.
Tentu saja, BI sudah mengatur sejumlah cara agar bank lebih cepat menurunkan suku bunga kredit. Sebab cara ini diyakini mampu mendorong permintaan kredit dari masyarakat yang selama pandemi Covid-19 turun drastis.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan