KOMPAS.com - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi buka suara mengenai pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang akan dikirimkan ke Senegal.
Hal ini disampaikan di sela meninjau langsung keberadaan pesawat tersebut. Dia mengapresiasi PTDI yang tetap mampu memasarkan sejumlah jenis pesawat yang telah diproduksinya.
Hal itu, kata dia, memang sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang ingin mendorong produk bangsa sendiri.
"Maka setelah tadi bicara dengan Dirjen Perhubungan Udara, saya pikir saya harus beli satu, Insyaalah tahun depan bisa," katanya, di Hangar N219 PTDI, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (19/2/2021) sebagaimana dikutip dari Antara.
Baca juga: Menhub Targetkan 44 Kota Dilengkapi Layanan GeNose dalam Satu Bulan
Menurut Budi, produksi pesawat yang telah rampung itu membuktikan PTDI yang terus membangun meski pandemi Covid-19 melanda Tanah Air. Hal itu membuat sumber daya manusia (SDM) terampil PTDI tetap diberdayakan.
"Di PTDI ini adalah orang-orang yang punya keterampilan sehingga perlu memberikan peluang-peluang bagi mereka agar mereka selalu berkarya," kata Budi.
Dalam kesempatan itu, Budi Karya juga sempat menengok jenis pesawat lain hasil produksi PTDI, yakni model amfibi. Ia mengatakan, Indonesia sebagai negara kepulauan membutuhkan pesawat amfibi untuk alat transportasi untuk bisa mencakup seluruh Nusantara.
"Sebagai negara kepulauan, kita membutuhkan pesawat amfibi. Mungkin semua tahu (Pulau) Banda Neira, itu membutuhkan amfibi," kata Budi.
Selain itu, pesawat amfibi juga diperlukan untuk mengatasi berbagai landasan udara di tanah air yang memiliki landasan yang pendek.
Apalagi, kata dia, di Indonesia timur cukup banyak maskapai penerbangan perintis yang menghubungkan sejumlah daerah. Karenanya, ia juga meminta Dirjen Perhubungan Udara untuk memperhatikan hal tersebut.
Baca juga: Ramai-ramai Menanti Layanan GeNose di Bandara
Saat ini, kata dia, ada satu angkutan dari Pulau Ambon yang menghubungkan dengan Pulau Banda Neira. Menurut dia, pesawat amfibi diperlukan guna menghubungkan masyarakat yang berdomisili di daerah kepulauan tersebut.
"Yang penting juga, saya nanti menganjurkan untuk perusahaan dalam negeri juga menggunakan (pesawat amfibi)," imbuhnya Budi.
Sementara itu Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro turut berkomentar mengenai beragam respons Budi Karya. Menurut dia sejumlah lapangan terbang yang ada di daerah terpencil memang memiliki landasan udara yang cukup pendek, hanya sekitar 900 meter.
Ia menuturkan sejumlah pesawat yang diproduksi PTDI pun memang didesain untuk beradaptasi dengan kondisi landasan serta kontur daratan Indonesia.
"Nah ini kita harus bisa take off dan landing-nya sekitar di bawah 900 meter. ini (Pesawat N219) telah tersertifikasi tipenya bisa sekitar 750 meter," kata Elfien.
Baca juga: Elon Musk Sebut Bitcoin Sedikit Lebih Baik dari Uang Tunai, Mengapa?
Sementara itu, mengenai CN-235, ia mengatakan bahwa pesawat itu merupakan pesawat kedua yang akan dikirimkan ke Senegal. Nantinya pesawat itu bakal digunakan Senegal untuk patroli di sektor maritim.
"Tadi pak menteri melihat cockpit yang sudah digital, bukan lagi manual, sudah kita modifikasi, dan melihat juga konsol peralatan infrared jarak jauh untuk mengintai," kata Elfien.
Ia memastikan pesawat itu akan dikirimkan pada bulan Maret mendatang. Pada saat dikirimkan, nantinya Kepala Angkatan Udara Senegal bakal hadir menjemput pesawat tersebut di Hangar PTDI.
"Sekarang sudah selesai dan memang belum dikirim saja, warnanya memang permintaannya seperti itu, tergantung costumer," kata dia.
Baca juga: Luhut: Investasi di Sektor Air Bersih Sangat Kami Apresiasi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.