Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[TREN EDUKASI KOMPASIANA] Hidup Baru di Kampus Baru | Pelajaran Berdebat | Sisi Positif Pendidikan Kita

Kompas.com - 25/02/2021, 17:24 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Kini pelaksanaan kuliah masih dilakukan secara daring. Lantas, bagaimana siswa-siswa yang ingin kuliah pada tahun ini mesti mempersiapkna diri?

Hal-hal yang semula dibayangkan akan bertemu dengan Kakak Kelas di Kampus, misalnya, mungkin minim terjadi.

Akan tetapi adakah hal lain yang bisa dicemaskan oleh mahasiswa baru nantinya? Sebagai contoh, nantinya keaktifan mahasiswa dalam proses belajar mengajar berkurang hingga hilangnya waktu produktivitas di kampus.

Namun, ada yang mahasiswa baru ingat: kecemasan yang dipikirkan mesti diolah dan menjadikannya sebagai tantangan baru yang membangun.

Selain konten terkait kecemasan mahasiswa baru tadi, masih ada konten terpopuler dan menarik lainnya pada sub-kategori Edukasi di Kompasiana.

1. Kampus Baru, Hidup Baru, Menuju Kebaruan di Rumah Belajar

Pada satu kesempatan Kompasianer Mahir Martin mengikuti diskusi terkait Educharacter. Untuk yang belum familiar dengan itu, Educharacter adalah divisi pendidikan karakter di bawah .

Eduversal Indonesia ini sebuah konsultan pendidikan yang memiliki visi dan misi mengembangkan pendidikan di Indonesia dengan memadukan akal dan kalbu menjadi satu kesatuan yang tak bisa terpisahkan.

Namun, pada kesempatan itu Kompasianer Mahir Martin mendapat kutipan menarik dari mahasiswa peserta diskusi Educharacter.

"Manusia secara fitrah menyukai keteraturan, ketika sudah sangat bebas, maka manusia akan mencari aturan," tulisnya, mengingat apa yang dikatakan mahasiswa tersebut pada Kompasianer Mahir Martin.

Akan tetapi poin menariknya adalah ketika mahasiwa itu diharapkan bisa memilih tempat tinggalnya di kampus.

Sebagai contoh Kompasianer Mahir Martin menuliskan lingkungan tempat tinggal untuk mahasiwa itu mesti mampu mendukung pengembangan diri mahasiswa baik secara jasmani dan rohani.

"Hal ini bisa direalisasikan dengan adanya komunitas yang melakukan kegiatan positif," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

2. Berdebat, Pelajaran yang Tak (Cukup) Terajarkan

Dalam proses belajar-mengajar itu saling bertukar pikiran kepada sesama pelajar maupun pengajar jadi poin yang diutamakan.

Bahkan berdebat, menurut Komapsianer Aminuddin Malewa, sebagai aktifitas intelektual dalam interaksi.

Akan tetapi, sayangnya, kemampuan berdebat itu jadi sesuatu yang bankan dihindarkan. Takut untuk berbeda dengan pandangan umum, misalnya.

Bertukar pendapat, lanjutnya, dianggap sebagai gangguan terhadap harmoni.

"Keinginan untuk memanfaatkan kebebasan berpendapat yang disediakan oleh demokrasi ternyata berada dalam konteks lingkungan yang memiliki keterbatasan dalam hal tingkat literasi," tulis Komapsianer Aminuddin Malewa. (Baca selengkapnya)

3. Tak Selalu Buruk, Beginilah Sisi Positif Pendidikan Kita di Tengah Pandemi!

Masih adakah yang mesti kita syukuri dari Pandemi covid-19 ini?

Maka dalam tulisannya, Kompasianer Mahestha Rastha mengajak untuk melihat sisi lain dari apa yang sudah terjadi hampir satu tahun ini, khususnya pada dunia pendidikan.

Apalagi menurut Kompasianer Mahestha Rastha, pendidikan yang dikategorikan masih memerlukan banyak perbaikan, semenjak pandemi, pendidikan kita harus menahan pil pahit karena semakin merosot dan jauh dari kata meningkat.

Sebagai contoh, dalam kondisi seperti sekarang ini, hal positif yang bisa didapat adalah belajar beradaptasi.

"Kita coba untuk memikirkan hal-hal positif yang bisa membuat kita lebih mudah beradaptasi dengan situasi yang ada seperti sekarang ini, karena mungkin saja di masa depan nanti corona akan hidup berdampingan dengan kita," tulisnya. (Baca selengkapnya)

4. Menangani Masalah Rasa Takut pada Anak

Biasanya apa yang akan kamu lakukan jika Si Anak sedang mengalami rasa takut? Maksudnya, Si Anak merasa takut untuk melakukan hal-hal yang belum dicoba sehingga enggan memulainya.

Kompasianer Bayu Samudra menuliskan apa saja penanganan yang kita lakukan saat anak mengalami rasa takut.

Untuk mengilustrasikan itu, Kompasianer Bayu Samudra menjelaskan ketika orang tua yang ingin mengenalkan binatang kepada Si Anak tetapi justru malah takut.

"Pastikan kita telah mengedukasi anak mengenai binatang. Entah melalui gambar atau foto di internet bahkan video. Sehingga, kita dapat memfilter jenis binatang apa saja yang layak anak tonton secara langsung," lanjutnya.

Berikan anak rasa percaya diri kepada Si Anak. (Baca selengkapnya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com