Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag Klaim Kinerja Perdagangan Indonesia Mulai Membaik

Kompas.com - 25/02/2021, 18:20 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menilai, perdagangan Indonesia mulai menunjukkan perbaikan berdasarkan kinerjanya di awal 2021.

Hal itu tercermin dari laju ekspor yang tumbuh secara tahunan (year on year/yoy).

"Melihat daripada tren perdagangan yang sudah terjadi di Januari, ada beberapa angka yang tunjukkan perbaikan," ujar Lutfi dalam konferensi pers virtual, Kamis (25/2/2021).

Baca juga: Cerita Mendag Lutfi Susahnya UMKM tembus Ekspor

Pada Januari 2021, neraca perdagangan tercatat surplus 1,96 miliar dollar AS, di mana nilai ekspor sebesar 15,3 miliar dollar AS dan impor sebesar 13,3 miliar dollar AS.

Lutfi menjelaskan, secara bulanan (month to month/mtm) memang kinerja perdagangan Indonesia turun baik ekspor maupun impor.

Bila dibandingkan Desember 2020, laju ekspor turun 7,48 persen dan impor turun 7,59 persen. 

Namun, menurut dia, hal ini terjadi karena memang pola musiman yang disebabkan masa liburan panjang di akhir dan awal tahun.

Sebelum masa liburan, pengisian stok sudah dilakukan oleh pelaku usaha.

Baca juga: Dorong Pemulihan Ekonomi, Mendag Optimalkan Perjanjian Dagang Internasional

Hal itu membuat aktivitas perdagangan di awal tahun pun menjadi selalu lebih rendah dari bulan-bulan sebelumnya.

"Ini disebut holiday blues, karena Desember-Januari itu adalah musim liburan, biasanya 3 bulan pertama tahun berjalan itu masa yang kita anggap slow down," jelas Lutfi.

Kendati demikian, melihat kinerja secara tahunan, terjadi perbaikan dari sisi ekspor yang naik 12,24 persen.

Bila dibandingkan dengan Januari 2020, ekspor migas tercatat tumbuh 8,31 persen dan nonmigas tumbuh 12,49 persen.

"Januari tahun lalu itu masih belum terjadi pandemi, belum ada PSBB. Tapi bila dibandingkan, angka ekspor kita bahkan sudah tumbuh lebih dari 12 persen," kata Lutfi.

Baca juga: Pertemuan WTO, Mendag Bahas Pentingnya Reformasi Organisasi hingga Subsidi Perikanan

Dari sisi impor, lanjut dia, memang secara tahunan mengalami penurunan 6,49 persen.

Namun, penurunan itu lebih disumbang oleh impor impor migas yang terkoreksi 21,9 persen. Sedangkan impor nonmigas hanya turun tipis 4 persen. 

"Jadi kalau dilihat, Januari 2021 itu kita surplus (neraca perdagangannya), meski terjadi pertumbuhan defisit migas 0,67 persen, tapi di nonmigas kita tetap tumbuh secara sehat, 2,63 persen," kata Lutfi.

Kendati demikian, Lutfi mengakui, berkaca dari laju impor yang melambat memang mengindikasikan bahwa ekonomi nasional belum bergeliat.

Baca juga: Wamendag: Perjanjian Perdagangan Beri Insentif Produk Ekspor Indonesia

Sebab, penurunan impor barang modal dan bahan baku penolong menunjukkan aktivitas industri masih belum pulih.

"Impornya masih lemah dan itu berikan landasan pacu belum siap menggeliat ekonominya, itu saya tidak menyangkal. Tapi saya yakin ini akan berubah karena adanya berbagai kebijakan pemerintah (untuk mendorong konsumsi dalam negeri)," kata Lutfi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com