Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daya Beli Masyarakat Miskin Tertekan, Pemerintah Diminta Tingkatkan Efisiensi Penyaluran Bansos

Kompas.com - 27/02/2021, 10:13 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah perlu meningkatkan efisiensi dalam penyaluran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang berguna mendongkrak konsumsi masyarakat.

Beberapa penyaluran tersebut antara lain Bantuan Langsung Tunai (BLT), Transfer Daerah, dan Dana Desa.

Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengatakan, efisiensi diperlukan untuk menjaga daya beli masyarakat yang berpendapatan rendah. Pasalnya, daya beli masyarakat berpendapatan rendah ini masih di bawah tekanan.

"Ini menggarisbawahi pentingnya pemerintah meningkatkan efisiensi dalam penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT), Transfer Daerah, dan Dana Desa untuk menjaga daya beli masyarakat berpendapatan rendah," kata Satria dalam laporannya, Sabtu (27/2/2021).

Baca juga: Penduduk Miskin Indonesia Naik Jadi 27,55 Juta akibat Covid-19, Tren Penurunan Kemiskinan Terhenti

Tercatat, tingkat kemiskinan RI naik ke level tertinggi selama dua tahun, di angka 10,19 persen pada September 2020. Angkanya melesat dibandingkan dengan 9,22 persen pada tahun sebelumnya.

Artinya, dalam setahun, ada sekitar 2,76 juta orang Indonesia yang jatuh kembali ke garis kemiskinan, yaitu mereka yang berpenghasilan Rp 458.947 (32,5 dollar AS) setiap bulan.

Ukuran antara garis kemiskinan dan pengeluaran rata-rata orang di bawah garis itu, melonjak menjadi 2,39 pada September 2020 dari 2.11 tahun sebelumnya.

"Hilangnya pendapatan dan pekerjaan juga lebih banyak dirasakan di kota daripada di desa, dengan angka kemiskinan perkotaan naik menjadi 1,32 poin, dibandingkan dengan 0,6 poin lonjakan tingkat kemiskinan desa," ucap Satria.

Satria menyebut, melebarnya disparitas pendapatan bisa berpengaruh pada pemulihan ekonomi berbentuk K (K-shape). Hanya 39,5 persen pekerja formal dari total angkatan kerja yang memiliki jaminan kerja relatif aman dari dampak negatif Covid-19.

Masyarakat yang lebih kaya, diuntungkan oleh kebijakan moneter longgar yang menaikkan harga aset. Dikombinasikan dengan budaya bekerja dari rumah, membuat krisis ekonomi akibat Covid-19 hampir tidak dirasakan oleh masyarakat yang lebih kaya.

Disparitas terlihat dari koefisien Gini Indonesia yang naik ke level tertinggi dalam dua tahun di level 0,385 pada September 2020 dari 0,380 setahun sebelumnya.

"Ini unik dalam artian, setiap krisis keuangan secara historis diikuti oleh penurunan tingkat koefisien Gini. Krisis keuangan Asia terakhir misalnya, menyeret tingkat koefisien Gini Indonesia dari 0,311 menjadi 0,286 antara 1999 dan 2000," ujar Satria.

Lantas, apakah kenaikan harga komoditas bisa meningkatkan daya beli masyarakat?

Beberapa komoditas utama Indonesia memang mengalami kenaikan harga dua digit selama 1 tahun terakhir. Sayangnya statistik menunjukkan, hanya sedikit pengaruhnya terhadap daya beli.

Hingga September 2020, jumlah penduduk miskin di Sumatera yang notabene merupakan penghasil utama minyak sawit, meningkat sebesar 5,09 persen (yoy).

Faktanya, data Badan Pusat Statistik menunjukkan, 5 provinsi penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia melaporkan penurunan pertumbuhan upah riil, yang menunjukkan masih rendahnya penyerapan tenaga kerja.

Baca juga: Akibat Pandemi, Jumlah Penduduk Miskin RI Naik Jadi 27,55 Juta Orang

Beberapa wilayah yang mengalami penurunan pertumbuhan upah riil, diantaranya Riau -4,35 persen (yoy), Sumatera Utara -3,45 persen (yoy), Sumatera Selatan -3,20 persen, Kalimantan Tengah -2,57 persen, dan Kalimantan Barat -5,28 persen.

Angka yang ditampilkan BPS juga searah dengan data Bank Indonesia terkini yang melaporkan hanya ada sedikit perubahan pada penjualan eceran dan harga properti di daerah penghasil komoditas, Sumatera dan Kalimantan.

"Tentu saja, akan ada kelambanan dari harga komoditas yang lebih tinggi ke daya beli, tetapi kami memperkirakan penerusan ke konsumsi rumah tangga mungkin membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya karena pandemi Covid-19 terus mengurangi kepercayaan konsumen," pungkas Satria.

Baca juga: Luhut: Presiden Ingin APBN Itu Buat Urusin Rakyat, Seperti Kemiskinan...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Whats New
ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Whats New
Kaum Mumpung-mumpung, Maksimalkan Penawaran Terbaik Lazada untuk Belanja Aneka Kebutuhan Ramadhan

Kaum Mumpung-mumpung, Maksimalkan Penawaran Terbaik Lazada untuk Belanja Aneka Kebutuhan Ramadhan

BrandzView
Musim Hujan, Petani Harus Waspadai Serangan Hama

Musim Hujan, Petani Harus Waspadai Serangan Hama

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com