Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terang di Desa Terdepan Indonesia

Kompas.com - 28/02/2021, 07:48 WIB
Muhammad Idris,
Muhammad Choirul Anwar

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Puluhan tahun Indonesia merdeka, masih ada desa-desa yang hidup dalam gulita. Salah satunya Desa Silawan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.

Ratusan purnama rumah mereka hanya diterangi cahaya pelita. Anak-anak sekolah belajar dengan penerangan seadanya. Mata pedih harus dirasa lantaran terkena asap dari cahaya pelita.

Padahal, desa ini terletak di depan beranda NKRI, berbatasan lansung dengan Timor Leste.

“Paling sulit itu adalah soal ekonomi mereka. Hasil kerajinan yang ada dan yang jadi dominan di sini adalah tenun dan anyaman,” kata Kepala Desa Silawan, 44 Tahun, Ferdi Mones dikutip dari kanal YouTube resmi Presiden Joko Widodo.

Baca juga: 26 PLTU PLN Telah Diuji Coba Gunakan Campuran Biomassa

Namun, kini warga Desa Silawan telah menikmati terang di malam gulita lantaran dana desa dibantu dengan PLN. Saat malam hari anak-anak kecil juga bisa belajar.

Kondisi yang berbeda sebelum Desa Silawan menikmati listrik. Anak-anak hanya bisa belajar sampai jam 6 sore saja. Ketika ada ujian, anak-anak harus belajar di malam hari nenggunakan lampu pelita.

“Kita kasihan anak-anak, yang pertama karena mata, pengaruh mata, kedua anak-anak malas, kurang terang kadang-kadang mereka tidak mau belajar,” terangnya.

Maklum, belajar menggunakan lampu pelita membuat mata mereka perih. Kini dengan listrik, aktivitas belajar kini sangat terbantu. 

Baca juga: Tekan Biaya Penyediaan Listrik, Pemerintah Dorong PLN Turunkan Susut Energi

"Sekarang anak belajar nyaman, bisa nonton televisi, dulu charger ponsel harus di kantor desa," ungkap Ferdi.

Selain itu, adanya listrik juga membuat masyarakat Desa Silawan bisa menenun di malam hari. Tenun memang menjadi sumber pengahasilan bagi warga Desa Silawan.

“Saya mulai tenun dari SD kelas 4, diajarin mama saya, dulu sebelum ada listrik, saya menenun di siang hari. Kalau malam, duduk-duduk, cerita-cerita sampai jam 10, itu tidur,” ungkap Bernadetha Seuk, Pengrajin Tenun, 43 tahun.

Setelah adanya listrik, kini Bernadetha pun juga bisa menenun di malam hari. Hal tersebut turut berdampak terhadap peningkatan penghasilan Bernadetha.

Baca juga: Masih Ada Potensi Hujan Lebat, PLN Siagakan 2.371 Personel di Jakarta

“Perasaan saya senang karena sudah ada terang,” kata dia.

Tak hanya Desa Silawan, warga Desa Nanga Bere Kabupaten Manggarai Barat juga bersyukur telah berhasil dilistriki oleh PLN. Salah satu warga Desa Nanga Bere, Kabupaten Manggarai Barat Blasius Juma, mengaku sangat bersyukur dan bergembira atas hadirnya listrik di desanya.

"Sekarang sudah ada listrik dari PLN, kami dapat menggunakan listrik di siang hari untuk usaha kami seperti meubel dan membuat es batu sendiri sehingga hasil laut yang didapatkan bisa bertahan lebih lama. Ini sungguh bermanfaat bagi kami dan menunjang perekonomian masyarakat," ucap Blasius

Apresiasi juga datang dari Warga Desa Fatulunu, Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Yusuf Misa.

“Terima kasih PLN yang telah menyalakan listrik di desa kami di mana dulu desa ini terisolasi, Sekarang kebutuhan masyarakat selama ini sudah terjawab, listrik sudah hadir dan terang,” tutur Yusuf Misa.

Baca juga: Jakarta Banjir, PLN Siagakan 2.371 Personel dan Siapkan 103 Genset

Sebelum dilistriki oleh PLN, masyarakat di desa tersebut hanya menikmati penerangan melalui generator set (genset). Itu pun hanya beberapa warga saja yang mampu menggunakan genset dengan biaya kurang lebih Rp 200 ribu semalam.

Cukup berat bagi masyarakat yang rata–rata berprofesi sebagai petani. Kini, masyarakat desanya hanya perlu membayar paling banyak Rp 100 ribu per bulan karena telah menikmati listrik dari PLN.

Desa-desa tersebut termasuk dalam desa terpencil di NTT yang berhasil dilistriki oleh PLN pada 2020 hingga awal 2021. Kini dengan hadirnya listrik warga bisa menikmati terang aliran listrik dengan harga yang murah dan aman.

Pada awal 2021, PLN berhasil melistriki 39 desa terpencil di NTT. Untuk melistriki 39 desa tersebut, PLN membangun jaringan tegangan rendah (JTR) sepanjang 189,80 kilometer sirkuit (kms), jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 132,69 kms, dan Gardu sebanyak 44 buah dengan kapasitas daya 2200 kiloVolt Ampere (kVA).

Baca juga: Ini Rincian Biaya Pasang Listrik Baru PLN Terkini

Berdasarkan data per Desember 2020 Rasio Elektrifikasi (RE) di NTT sebesar 87,31 persen sementara untuk Rasio Desa Berlistrik (RDB) di NTT per Januari 2021 sudah mencapai 95,47 persen.

General Manager PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur, Agustinus Jatmiko mengatakan dalam melistriki desa tersebut, PLN menghadapi sejumlah tantangan di antaranya letak geografis yang menantang.

Namun, dengan kerja keras akhirnya PLN berhasil merealisasikan hadirnya listrik kepada 8.234 calon pelanggan yang tersebar di 39 Desa di NTT.

“Semoga dengan hadirnya listrik dapat meningkatkan roda perekonomian seperti UMKM, hasil laut, kerajinan, kios, pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat,” tutur Jatmiko.

Baca juga: PLN Beri Diskon 30 Persen untuk Pengisian Daya Kendaraan Listrik di Rumah

Sementara, sepanjang Tahun 2020, PLN berhasil menyambungkan listrik ke 111 desa atau sejumlah 82.484 Kepala Keluarga (KK) yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tidak hanya berhasil menambah desa berlistrik, PLN juga meningkatkan jam listrik menyala di 12 desa di NTT.

Adapun 12 desa tersebut yakni; Desa Pasir Panjang, Desa Pasir Putih, Desa Mbakung Kabupaten Manggarai Barat, Desa Bila, Desa Kakaha, Desa Prai Bakul, Desa Kananggar dan Desa Praisalura Kabupaten Sumba Timur, Desa Probur Kabupaten Alor, Desa Kebirangga Selatan Kabupaten Ende, Desa Ledeke Kabupaten Sabu Raijua, dan Desa Lelogama Kabupaten Kupang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com