Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penyebab Bank Tak Segera Turunkan Bunga Kreditnya

Kompas.com - 28/02/2021, 19:00 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memandang laju penurunan suku bunga kredit perbankan belum sesuai harapan. Pasalnya, sejak Juni 2019 lalu bank sentral sudah memangkas suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRR) sebesar 225 basis poin (bps) ke level 3,5 persen.

Catatan BI menunjukkan sejak bulan Juni 2019 penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan secara rata-rata baru turun 116 bps. Praktis, hal ini menyebabkan spread SBDK BI7DRR cenderung melebar dari 5,27 persen pada Juni 2019 menjadi 6,36 persen per Desember 2020.

Menurut Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede sejatinya suku bunga kredit pergerakannya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Baca juga: Ini Strategi BNI Dorong UMKM Bertahan Saat Pandemi

 

Pertama, biaya dana atau cost of fund (COF) yang dipengaruhi oleh kondisi likuiditas sektor perbankan. Kedua, overhead margin cost perbankan dan ketiga adalah risk premium yang terindikasi dari kondisi risiko kredit perbankan.

Nah, penurunan suku bunga kredit menurut pengamatan Josua dalam dua tahun terakhir dipengaruhi oleh penurunan cost of fund yang terindikasi dari tren penurunan suku bunga acuan BI serta kondisi likuiditas perbankan yang terkendali (manageable).

Selain itu, penurunan suku bunga juga dipengaruhi oleh penurunan overhead margin cost yang juga mengalami penurunan seiring dengan meningkatkan efisiensi perbankan.

Meski begitu, sejalan dengan tren perlambatan ekonomi domestik dalam dua tahun terakhir ini dan secara khusus dampak dari pandemic COVID-19 yang mempengaruhi kinerja keuangan sebagian besar sektor ekonomi, risiko kredit cenderung meningkat yang selanjutnya membatasi penurunan risk premium.

"Penurunan suku bunga diperkirakan akan cenderung terus berlanjut dalam jangka pendek merespon penurunan suku bunga acuan BI yang turun sebesar 125bps sepanjang tahun lalu serta penurunan sebesar 25 bps pada bulan Februari 2021," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (26/2/2021).

Hal itu merupakan kombinasi dari tren penurunan suku bunga acuan BI serta bauran kebijakan BI untuk mendorong ketersediaan likuiditas juga mendorong penurunan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB).

Dengan tren suku bunga PUAB yang cenderung menurun mengindikasikan kondisi likuiditas perbankan membaik sehingga selanjutnya diharapkan dapat mendorong penurunan cost of fund yang selanjutnya akan mendorong penurunan suku bunga kredit sehingga mendorong transmisi pelonggaran kebijakan moneter yang menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.

Baca juga: Miliarder asal India Ini Kembali Jadi Orang Terkaya di Asia

Hanya saja, penurunan suku bunga kredit akan sangat dipengaruhi juga oleh kondisi perkembangan risiko kredit perbankan dalam jangka pendek ini mengingat peningkatan risiko kredit yang terindikasi dari kenaikan NPL perbankan berpotensi mendorong peningkatan risk premium.

Kemuddian, di saat yang bersamaan, permintaan kredit pun cenderung masih lemah di tengah aktivitas perekonomian yang belum pulih secara signifikan.

Bila dilihat secara historikal, penurunan suku bunga perbankan cenderung tidak mempengaruhi Net Interest Margin (NIM) secara signifikan, hal ini terbukti bahwa di tengah penurunan suku bunga sejak 2014, baik net interest income maupun NIM perbankan cenderung stabil hingga 2019.

Bila dilihat secara historikal, penurunan suku bunga perbankan cenderung tidak mempengaruhi Net Interest Margin (NIM) secara signifikan, hal ini terbukti bahwa di tengah penurunan suku bunga sejak 2014, baik net interest income maupun NIM perbankan cenderung stabil hingga 2019.

Namun, pada tahun 2020, net interest income cenderung mengalami penurunan, yang disebabkan oleh penurunan pertumbuhan kredit perbankan, diikuti oleh kenaikan Dana Pihak Ketiga yang signifikan sehingga kemudian mendorong penurunan NIM perbankan.

Baca juga: Bos OJK Sebut Suku Bunga Kredit Bank Besar Sudah Mulai Turun

"Ke depannya, sejalan dengan ekspektasi pemulihan ekonomi yang berimplikasi pada peningkatan permintaan kredit dan risiko kredit termitigasi dengan baik, maka penurunan suku bunga kredit pun cenderung diperkirakan akan terus berlanjut untuk mendorong proses pemulihan ekonomi nasional," imbuh Josua.

Kemudian, pada Rapat Dewan Gubernur pekan lalu, selain BI memangkas suku bunga acuan BI7RR dan melonggarkan kebijakan makroprudensial pada Kredit Kendaraan Bermotor dan Kredit Pemilikan Rumah, BI menyebutkan bahwa BI mempublikasikan asesmen transmisi kebijakan kepada Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK).

Menurut Josua, hal ini bertujuan agar perbankan terpacu untuk menurunkan suku bunganya lebih rendah lagi.

Di sisi lain, BI melalui surveinya menyebutkan bahwa terdapat kenaikan permintaan dari kredit korporasi per Januari. Kenaikan ini diperkirakan akan mendorong kenaikan permintaan kredit dari sisi korporasi.

"Adanya peningkatan permintaan kredit, proyeksi pemulihan ekonomi, serta kebijakan terbaru BI, diproyeksikan secara simultan mampu mendorong penurunan bunga kredit perbankan dalam jangka pendek," pungkasnya.

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Ini alasan bank sulit menurunkan suku bunga kredit menurut ekonom

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com