Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Standard Chartered Proyeksi Tren Penurunan Suku Bunga BI Sudah Selesai

Kompas.com - 03/03/2021, 18:01 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Standard Chartered Bank Indonesia memperkirakan, tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia 7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) sudah berakhir.

Lantaran, ruang penurunan semakin sempit.

Terakhir, BI menurunkan suku bunga acuan pada Februari 2021 menjadi ke level 3,50 persen.

Baca juga: Standard Chartered Proyeksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,5 Persen di 2021

Maka terhitung sejak 2020 Bank Sentral sudah menurunkan suku bunga sebanyak 150 basis poin (bps).

"Kami percaya mungkin ruang BI untuk turunkan suku bunga sudah selesai. Setelah kemarin pangkas suku bunga, kami pikir ruang untuk turunkan lebih jauh lagi itu agak sulit," ungkap Senior Economist Standard Chartered Bank Aldian Taloputra dalam konferensi pers virtual World of Wealth (WOW) 2021, Rabu (3/3/2021).

Menurut Aldian, proyeksi itu berdasarkan pertimbangan tren kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat atau US Treasury Bond (T-Bond) yang saat ini sedang terjadi.

Imbal hasil T-bond kini di kisaran 1,5 persen dari awal tahun hanya 1 persen.

"Ini memberikan tantangan untuk BI jika terus turunkan suku bunga," imbuhnya.

Baca juga: Bila Ekonomi Pulih, Pertumbuhan Crazy Rich Indonesia Bakal Jadi yang Tertinggi di Dunia

Selain itu, kebijakan suku bunga akan turut dipengaruhi tekanan inflasi Indonesia yang saat ini mulai meningkat.

Aldian mengatakan, seiring dengan pemulihan ekonomi tingkat inflasi pun meningkat.

Standard Chartered memperkirakan rata-rata inflasi Indonesia pada tahun ini berada di kisaran 2,2 persen.

Namun, pada akhir tahun inflasi diproyeksi akan naik ke kisaran 2,9 persen.

"Dari kondisi Indonesia sendiri tekanan inflasinya meningkat, kalau lihat proyeksi ke depan ekspetasi inflasi itu mulai meningkat," ungkap Aldian.

Baca juga: Shell Naikan Harga BBM, Ini Rinciannya

Meski demikian, Aldian meyakini, kebijakan moneter BI kedepannya masih akan akomodatif.

Sebab, BI punya ruang untuk melakukan stimulus ekonomi melalui kebijakan pelonggaran likuiditas atau quantitative easing dengan pembelian SBN.

"Jadi meskipun nanti suku bunga sudah enggak bisa turun lagi, tapi kami pikir BI masih akan terus melakukan injeksi likuiditas melalui pembelian surat utang negara," jelas dia.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, ruang penurunan suku bunga acuan semakin terbatas seiring masifnya pemangkasan sejak tahun lalu.

Hal ini turut mempertegas bahwa BI tak akan mengadopsi tren suku bunga mendekati 0 persen seperti yang dilakukan bank sentral AS, The Fed.

Baca juga: Sri Mulyani: Defisit APBN Indonesia Lebih Baik Dibandingkan India hingga Malaysia

"Kami sampaikan sekarang BI sudah sangat agresif menurunkan suku bunga jadi 3,50 persen. Tentu saja room kami untuk menurunkan suku bunga jadi lebih terbatas," kata Perry dalam CNBC Outlook, Kamis (25/2/2021).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com