Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LRT dan MRT di 5 Kota Segera Dibangun, Bukan dari APBN atau Utang

Kompas.com - 04/03/2021, 08:41 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah terus menggenjot sejumlah proyek infrastuktur dalam beberapa tahun ke depan, termasuk di sektor transportasi.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan sejumlah bocoran proyek baru berupa LRT dan MRT di 5 kota. Ia menyebut, proyek-proyek ini merupakan bagian dari sejumlah infrastruktur transportasi yang perlu dibangun dan tidak bisa mengandalkan APBN murni.

Dikatakan, LRT dan MRT direncanakan akan dibangun di Bali, Medan, Bandung, Makassar, dan Surabaya.

Selain di subsektor perkeretaapian, ada pula rencana membangun Pelabuhan Garonggong Sulsel, Pelabuhan Baru di Ambon dan Palembang, Bandara Singkawang, Bandara Fakfak dan Manokwari di Papua, Bandara Mentawai, dan Sea Planedi Bandaneira.

Terbentuknya Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) yang terwujud dengan nama Indonesia Investment Authority (INA), membuka peluang proyek-proyek itu dibangun tanpa mengandalkan APBN atau utang.

“Untuk merespons peluang ini. Saya meminta jajaran Kemenhub untuk mengenal dan mempelajari SWF lebih dalam untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur transportasi di Indonesia,” kata Budi Karya dalam Webinar bertema “Peluang Pendanaan SWF untuk Percepatan Pembangunan Infrastruktur Transportasi di Indonesia” di Jakarta, Rabu (3/3/2021).

Baca juga: Sri Mulyani soal Pegawai Ditjen Pajak Terlibat Suap: Ini Jelas Pengkhianatan!

Ia menilai, pendanaan pembangunan infrastruktur transportasi melalui Sovereign Wealth Fund (SWF) diharapkan dapat mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di Indonesia. SWF menjadi alternatif pendanaan di luar APBN yang terbatas.

“Kami mengapresiasi terbentuknya SWF Indonesia yaitu Indonesia Investment Authority (INA),” katanya.

Ia menegaskan, pembangunan infrastruktur termasuk transportasi masih menjadi prioritas pemerintah. Namun demikian, kebutuhan pembiayaannya tidak bisa hanya mengandalkan APBN.

Oleh karenanya, alternatif skema pendanaan pembangunan infrastruktur seperti SWF ini sangat diperlukan untuk mengurangi ketergantungan pada APBN.

“Ini merupakan satu inovasi yang luar biasa untuk menjamin kepastian bagi para investor dan mencegah terjadinya informasi yang salah, yang menyebabkan mahalnya biaya investasi di Indonesia,” beber Budi Karya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menjelaskan bahwa dibentuknya LPI jadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

"Ini adalah salah satu upaya kita untuk terus meningkatkan daya tarik ekonomi Indonesia termasuk memberikan pilihan kepada para investor untuk berinvestasi di Indonesia melalui berbagai jalur,” tandasnya.

Sri Mulyani menyebut, pendanaan infrastuktur bisa dilakukan melalui LPI, dari dana investor yang membeli saham, surat berharga negara, atau penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) melalui BKPM.

“Dan mereka juga bisa melakukan kolaborasi bersama-sama dengan partner lokal. Bagi pemerintah kita juga akan terus mendiversifikasi instrumen investasi ini,” urainya.

Baca juga: Sri Mulyani Jelaskan Kronologi Kasus Suap Pegawai Ditjen Pajak

“Ini melengkapi kemampuan pemerintah untuk berkolaborasi di dalam penanaman modal dalam bentuk ekuitas atau non utang,” sambung Sri Mulyani.

Bendahara negara ini mewanti-wanti, ekspansi APBN memiliki keterbatasan. Terlebih, menurutnya sudah dua tahun berturut-turut APBN harus menjadi instrumen utama untuk menahan shock Covid-19.

Sementara kebutuhan untuk pembangunan masih akan terus berjalan. Kebutuhan untuk membangun infrastruktur apakah itu jalan raya, listrik, di bidang ICT telekomunikasi, dii bidang air bersih sanitasi, jalan tol bahkan airport masih sangat besar,” tandasnya.

Oleh karena itu, dia pihaknya akan menggunakan instrumen di bidang LPI sebagai salah satu wadah bagi kolaborasi melanjutkan pembangunan dengan melalui ekuitas.

Baca juga: Menhub Tawarkan Proyek LRT, MRT, hingga Bandara Didanai LPI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com