Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi Surplus Bikin Harga Ayam Tidak Stabil

Kompas.com - 04/03/2021, 11:34 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga ayam hidup (livebird) di tingkat peternak bergerak fluktuatif akibat produksi yang surplus. Kondisi ini turut berpengaruh pada harga daging ayam di pasar.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) meminta para pelaku usaha sektor perunggasan bisa berkolaborasi menciptakan iklim bisnis yang efektif dan efisien, sehingga dapat menjaga ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga daging ayam ras.

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan, kondisi kelebihan produksi telah berdampak pada penurunan harga ayam hidup di tingkat peternak.

Baca juga: Stabilkan Harga Telur Ayam yang Anjlok, Ini yang Dilakukan Kementan

Perbandingan harga dengan produksi ayam hidup di tingkat peternak menunjukkan kecenderungan harga akan naik saat volume produksi rendah dan sebaliknya.

“Data harga ayam hidup dibandingkan surplus bulanan menunjukkan kelebihan suplai tertinggi terjadi pada Februari 2021, yang berakibat turunnya harga ayam hidup di tingkat peternak,” ujar Jerry dalam keterangannya, Kamis (4/3/2021).

Berdasarkan data Pinsar Indonesia, perkembangan harga ayam hidup di tingkat peternak dalam lima tahun terakhir cenderung bergerak fluktuatif.

Rata-rata harga nasional sepanjang 2021 berkisar antara Rp 19.100-Rp 19.450 per kilogram. Harga itu berada di batas bawah harga acuan Permendag Nomor 7 Tahun 2020 yaitu Rp 19.000 per kilogram.

Sementara, rata-rata harga eceran daging ayam ras pada Februari 2021 sebesar Rp 33.300 per kilogram, turun 3,2 persen dibandingkan dengan Januari 2021.

Selama 2020, realisasi daging ayam ras tercatat surplus sebesar 500.000 ton. Sementara berdasarkan prognosis daging ayam ras pada 2021 diperkirakan surplus 800.000 ton atau sekitar 25 persen dari total kebutuhan.

Namun, lanjut Jerry, upaya penyerapan surplus daging ayam oleh integrator pada tahun ini, khususnya di Februari 2021, terkendala kapasitas ruang pendingin (cold storage) yang tidak seimbang dengan surplus produksi.

Kapasitas cold storage integrator sebesar 20.500 ton yang setara 6,1 persen dari rata-rata produksi bulanan sebesar 333.850 ton atau hanya 30,7 persen dari rata-rata surplus produksi bulanan 66.667 ton.

Baca juga: Widodo Makmur Tergetkan Kenaikan Produksi Daging Ayam Hingga 10 Kali Lipat

Oleh sebab itu, Jerry mengimbau agar perusahaan integrator dapat membantu pemerintah dalam menjaga iklim usaha perunggasan nasional.

Salah satunya, dengan menyediakan ayam umur satu hari (day old chicken/DOC) dan pakan berkualitas dengan harga terjangkau, untuk peternak plasma maupun peternak mandiri.

"Hal ini memperhatikan keluhan peternak mandiri terhadap tingginya harga DOC dan pakan, serta kesulitan peternak mandiri dalam mendapatkan DOC dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik,” ungkapnya.

Ia mengatakan, pemerintah menyadari peran penting kolaborasi antarpelaku usaha broiler nasional dalam menjamin ketersediaan daging ayam ras.

Untuk itu, Kemendag memerlukan masukan guna mendapat solusi untuk menjaga iklim usaha broiler yang sehat dan adaptif, serta mengesampingkan ego sektoral.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com