Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ferdy Hasiman
Peneliti

Peneliti di Alpha Research Database. Menulis Buku Freeport: Bisnis Orang Kuat Vs Kedaulatan Negara, Gramedia 2019. dan Monster Tambang, JPIC-OFM 2013.

Vale dan Visi Industri Tambang

Kompas.com - 05/03/2021, 10:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada tahun 2019 misalnya, nilai ekonomi yang didistribusikan kepada pemerintah dalam bentuk pembayaran pajak dan PNBP mencapai 129.029 juta dolar AS, meningkat 40,9 persen dibanding tahun 2018 sebesar 91,6 juta dolar AS.

Ini menjadi contoh bagi perusahaan tambang agar jangan menunda membayar pajak, apalagi membayar pegawai pajak demi mengamankan tagihan penundaan pajak sampai ratusan miliar.

Sampai pada titik ini, tak relevan kita berdebat apakah operasi tambang kita lebih baik dikelolah perusahaan asing atau swasta nasional atau BUMN.

Baik asing maupun swasta nasional sama-sama memiliki karakter bawaan: akumulasi modal, merusak alam dan hutan-jika pejabat negara korup dan negara tak konsisten menjalankan aturan, seperti kewajiban pembangunan smelter bagi semua perusahaan tambang.

Negara harus berdiri sebagai wasit yang adil, mendistribusikan hasil tambang untuk kesejahteraan rakyat.

Lantas bagaimana hubungan Vale dengan masyarakat sekitar tambang?

Sejak Vale membangun smelter, kota Sorowako menjadi sangat ramai. Ribuan pekerja nasional dan daerah direkrut. Vale juga memberi prioritas pekerja dari daerah-daerah sekitar, seperti Malili, Lioka dan Tabarano.

Pembangunan smelter nikel ini mengubah wajah Sorowako dari daerah tertinggal menjadi daerah maju di Sulawesi Selatan. Letaknya berbatasan dengan Danau Matano dengan Luwuk Timur.

Sorowako adalah kota kecil yang maju, kelihatan indah dan tenang. Kota kecil ini ditata dengan apik di atas wilayah bekas tambang. Daerah bekas galian tambang juga diratakan kembali dan ditanami pohon-pohon sehingga sangat hijau.

Di dalam kota, Vale membangun rumah sakit berkelas internasional. Meskipun ada kekecewaan-kekecewaan, tetapi tidak sedahsyat perlawan warga Papua (Mimika) terhadap pertambangan PT Freeport Indonesia.

Antisipasi paska-tambang

Vale rupanya memiliki pengetahuan yang baik terkait masyarakat sekitar. Cara mereka memberdayakan masyarakat petani juga sudah berbeda.

Vale tidak memberikan uang sumbangan tunai ke masyarakat, karena mereka berpikir uang itu akan habis dalam satu dua bulan. Pendekatan Vale lebih ke social development dengan cara merekrut 5-10 orang warga kampung untuk memetakan potensi desa, berupa pertanian pala, marica untuk diberikan sumbangan pemberdayaan.

Pemberdayaan seperti ini menurut saya, patut ditiru oleh perusahaan-perusahaan tambang lain, seperti Freeport Indonesia atau Amman Mineral (Sumbawa Barat).

Ini penting karena tambang mengalami kelangkaan, cepat habis. Umur keekonomian tambang Vale di Sorowako (east blok dan west blok) misalnya, akan akan selesai tahun 2037.

Jika selama ini, masyarakat Sorowako boleh mendapat berkah dari tambang Vale, paska tambang tahun 2037 tak bisa lagi. Maka, perlu antisipasi bagaimana memikirkan masa depan daerah paska-tambang.

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Vale penting untuk dijadikan model oleh perusahaan-perusahaan lain sebagai antisipasi ekonomi masyarakat daerah paska tambang. Ini tak boleh dianggap remeh. Ini harus dipikirkan matang-matang oleh perusahaan dan pemerintah.

Regulasi UU yang mengatur soal ini juga belum ada. Di UU minerba hasil revisi, negara hanya memikirkan penerimaan negara. Tetapi tak memikirkan nasib masyarakat paska tambang.

Untuk itu, baik perusahaan maupun pemerintah pusat-daerah wajib memikirkan bagaimana masa depan daerah paska tambang. Kita berharap Vale terus membantu pemberdayaan masyarakat sekitar operasi tambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com