Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megaproyek Pembangkit 35.000 MW Dinilai Berpotensi Menghambat Pertumbuhan EBT

Kompas.com - 08/03/2021, 12:19 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaksanaan megaproyek pembangkit listrik 35.000 mega watt (MW) dinilai berpotensi menghambat pertumbuhan bauran energi baru terbarukan (EBT) terhadap energi primer nasional.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menjelaskan, saat ini permintaan listrik tengah mengalami penurunan akibat terdampak oleh pandemi Covid-19. Dengan tetap dijalankannya proyek 35.000 MW, maka akan terjadi kelebihan pasokan listrik, yang nantinya berdampak kepada pertumbuhan bauran EBT.

"Kalau (proyek pembangkit 35.000 MW) ini diselesaikan, ditambah dengan adanya faktor keterlambatan penyerapan energi, perlambatan ekonomi disebabkan pandemi, maka kelebihan ini juga menjadi tantangan kita (meningkatkan bauran EBT)," ujarnya dalam sebuah diskusi virtual, Senin (8/3/2021).

Baca juga: Hari Perempuan Sedunia, Erick Thohir Targetkan Tiap BUMN Punya Direktur Perempuan

Lebih lanjut Arifin mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan perhitungan kembali terkait kebutuhan listrik di masa mendatang. Kehadiran pandemi Covid-19 sejak tahun lalu telah mendisrupsi perhitungan awal Kementerian ESDM terkait kebutuhan listrik ke depan.

"Waktu kita menetapkan 35 gigawatt itu memang target pertumbuhan ekonomi tinggi. Dalam situasi sekarang ini harus me-review kembali, merekalkulasi kembali pertumbuhannya," kata dia.

Kendati demikian, Arifin berkomitmen, pemerintah akan terus menggenjot bauran EBT. Ia bersama jajarannya tengah menyusun strategi untuk meningkatkan porsi energi bersih itu.

Bahkan pada 2050, Kementerian ESDM menargetkan porsi bauran EBT terhadap energi primer nasional dapat mencapai 31 persen, di mana pada tahun tersebut, pasokan listrik nasional diproyeksi mencapai 200 GW, dengan asumsi rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen setiap tahunnya.

"Kalau 31 persen dari 200 GW, kontribusi energi terbarukan adalah 60 gw. Tapi saya yakin kita bisa lebih besar daripada ini," tuturnya.

Sebagai informasi, realisasi proyek pembangkit 35.000 MW baru mencapai 8.400 MW atau setara 24 persen hingga Agustus 2020 lalu. Masih ada proyek yang sedang dalam tahap konstruksi sebanyak 19.000 MW, sementara proyek yang telah dilaksanakan kontrak power purchase agreement (PPA) sebesar 6.500 MW.

Baca juga: Smelter Nikel di Kolaka Ditargetkan Beroperasi pada 2024

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com