JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mengakui adanya sejumlah tantangan dalam pengembangan bauran energi baru tebarukan (EBT) terhadap energi primer nasional, meskipun potensi energi bersih dalam negeri itu sangat besar.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, salah satu tantangan yang dihadapi ialah adanya potensi kelebihan pasokan listrik, di tengah pelemahan permintaan akibat pandemi Covid-19.
Kelebihan pasokan listrik berpotensi semakin besar dengan adanya megaproyek pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 mega watt (MW).
"Kalau (proyek pembangkit 35.000 MW) ini diselesaikan, ditambah dengan adanya faktor keterlambatan penyerapan energi, perlambatan ekonomi disebabkan pandemi, maka kelebihan ini juga menjadi tantangan kita (meningkatkan bauran EBT)," ujar Arifin dalam sebuah diskusi virtual, Senin (8/3/2021).
Baca juga: Megaproyek Pembangkit 35.000 MW Dinilai Berpotensi Menghambat Pertumbuhan EBT
Kemudian, hambatan lain yang akan dihadapi dalam pengembangan bauran EBT ialah terkait pendanaan atau investasi sektor energi ramah lingkungan tersebut.
Pasalnya Arifin menilai, saat ini berbagai pemerintah dari negara lain juga tengah berupaya menarik minat para investor untuk menggarap sektor EBT di negaranya.
"Karena untuk merealisasikan proyek-proyek EBT ini dalam skala besar membutuhkan dana yang tinggi. Kompetisi ini yang juga harus kita antisipasi, dimana kita membuat investor tetap masuk ke Indonesia," tutur dia.
Kendati demikian, Arifin berkomitmen, pemerintah akan terus menggenjot bauran EBT. Ia bersama jajarannya tengah menyusun strategi untuk meningkatkan porsi energi bersih itu.
Bahkan pada 2050 Kementerian ESDM menargetkan porsi bauran EBT terhadap energi primer nasional dapat mencapai 31 persen, dimana pada tahun tersebut, pasokan listrik nasional diproyeksi mencapai 200 GW, dengan asumsi rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen setiap tahunnya.
"Kalau 31 persen dari 200 GW, kontribusi energi terbarukan adalah 60 gw. Tapi saya yakin kita bisa lebih besar daripada ini," ucapnya.
Sebagai informasi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM melaporkan, realisasi porsi EBT terhadap bauran energi nasional pada 2020 hanya bertambah 2,36 persen menjadi 11,51 persen dari 9,2 persen pada 2019.
Baca juga: Smelter Nikel di Kolaka Ditargetkan Beroperasi pada 2024
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.