Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Tugaskan BUMN untuk Impor Daging, Ini Kata Asosiasi

Kompas.com - 09/03/2021, 19:16 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah bakal mengimpor daging sebanyak 100.000 ton, terdiri dari 80.000 ton daging kerbau dan 20.000 ton daging sapi. Impor tersebut ditugaskan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Suhandri bisa memahami keputusan pemerintah tersebut. Hal itu untuk menjaga persediaan daging sebagai antisipasi naiknya permintaan pada masa bulan ramadan dan Idul Fitri.

Menurutnya, impor daging sapi maupun kerbau memang tidak terhindarkan. Dia memberikan gambaran, proyeksi kebutuhan daging nasional pada tahun ini berkisar 696.000 ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 60 persen bisa dipasok dari domestik.

Baca juga: Pemerintah Impor Gula dan Daging Sapi untuk Kebutuhan Selama Ramadhan

Sedangkan 40 persen sisanya masih perlu diadakan melalui impor. Dari jumlah itu, peran swasta dalam pengadaan impor berkisar 25 persen. Sedangkan kontribusi dari BUMN dalam impor daging sekitar 15 persen.

"Kurang lebih begitu kondisinya. Kita memang butuh penyeimbang (dalam melakukan impor) kan nggak swasta semua, pemerintah ikut berperan. Meski kebutuhan impor masih lumayan (tinggi), 60 persen pasokan lokal sudah cukup bagus," ungkap Suhandri kepada Kontan.co.id, Selasa (9/3/2021).

Mengenai kebutuhan daging, khususnya sapi, ada dua momentum yang menurut Suhandri mesti diperhatikan. Yakni dalam Idul Fitri dan Idul Adha.

Saat Idul Fitri, kebutuhan daging bisa meningkat hingga dua kali lipat. Sebagai gambaran, stok daging yang disiapkan anggota Aspidi di wilayah Jabodetabek pada hari biasa berkisar 2.500 ton per bulan.

Saat masa puasa hingga Idul Fitri, stok yang disiapkan bisa meningkat hingga ke angka 5.000 ton bahkan lebih.

Namun, pada tahun lalu, terjadi penurunan permintaan daging hingga 20% saat momen Idul Fitri. Pandemi covid-19 cukup berdampak terhadap merosotnya permintaan.

Kata Suhandri, permintaan daging baru terangkat pada bulan Oktober sekitar 8 persen. Sayangnya, kenaikan tersebut tak berlanjut hingga awal tahun ini. Alhasil, dia pun masih belum bisa memprediksi berapa kenaikan permintaan daging sapi maupun kerbau pada momentum puasa dan Idul Fitri tahun ini.

"Di Januari-Februari (permintaan) masih stabil. Jadi belum bisa lihar adanya pergerakan konsumsi, mungkin nanti menjelang puasa di pertengahan April, kita lihat saja," ujarnya.

Dari sisi harga, Suhandri menyebut harga daging sapi saat ini masih pada level normal. Secara rerata harga untuk daging potong segar berkisar Rp 130.000 - Rp 135.000 per kilogram (kg) dan untuk daging beku sekitar Rp 95.000 - Rp 100.000 per kg.

"Masih level normal karena harga dari luar negeri juga naik, kurs juga naik," ungkapnya.

Dihubungi terpisah, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah mengatakan bahwa impor daging yang direncanakan pemerintah masih dalam taraf wajar. Dengan begitu, ketersediaan maupun harga daging dipasaran diharapkan bisa terjaga.

Dengan volume daging yang akan diimpor, Rusli menilai tidak akan menyerang pasar peternak dan pengusaha sapi lokal. "Saya kira masih pas, tidak menyerang pasar. Dengan ini juga diharapkan akses konsumen untuk mendapatkan daging sapi yang murah bisa terjaga," ungkapnya.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com