Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[TREN EDUKASI KOMPASIANA] Solusi agar Percaya Diri dengan Karya Sendiri | Tantangan Wikipedia Jawa | Ajukan "Widerspruch" jika Ditolak Perguruan Tinggi di Jerman

Kompas.com - 10/03/2021, 21:01 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

Hal tersebut tidak hanya membuat pembacanya mengerti arti dari istilah tersebut tetapi juga bisa sekaligus belajar penggunaan aksara jawa dan cara membacanya.

Namun Wikipedia Jawa juga memiliki tantangannya tersendiri, terlebih di tengah budaya populer dan modern seperti saat ini.

Faktor penyebab masyarakat mulai enggan menggunakan bahasa Jawa bisa saja disebabkan karena dari awal seseorang tidak pernah dibekali dan dilatih untuk berbicara menggunakan bahasa Jawa. Itulah mengapa kita tidak serta merta bisa melempar kesalahan kepada mereka yang tidak bisa berbicara bahasa Jawa.

Mungkin juga, alasan seseorang enggan menggunakan bahasa Jawa karena sulit untuk mempelajarinya dan dinilai tidak sesuai dengan perkembangan zaman.

Baca selengkapnya di sini

3. Jangan Kecewa Dulu, Ajukan "Widerspruch" jika Tidak Diterima di Perguruan Tinggi Jerman

Perguruan Tinggi di Jerman membuka peluang bagi calon mahasiswa yang melamar dan tertolak untuk mengajukan keberatan atau gugatan. Dalam bahasa Jerman istilah itu disebut "widerspruch".

Pelamar yang terterima maupun tertolak nantinya akan diberikan surat pemberitahuan bahwa pelamar belum diterima di perguruan tinggi tersebut. Kemudian di akhir surat pemberitahuan, baik diterima atau ditolak, selalu ditulis informasi tentang hak pelamar.

Umumnya tenggat waktu yang diberikan untuk mengajukan keberatan adalah satu bulan sejak surat pemberitahuan diterima.

Kalau ada widerspruch dan ternyata ada pelamar yang tidak jadi mengambil prodi tersebut karena diterima di perguruan tinggi lain, maka tentu saja pelamar lain yang mengajukan widerspruch akan diterima.

Namun, bagaimana kalau "widerspruch" pun ditolak?

Baca selengkapnya di sini

4. Setahun Bersama Corona Menjadikan Guru Lebih Kreatif

Rupanya ada sisi positif dari kondisi pandemi seperti sekarang ini. Salah satunya membuat seorang guru menjadi lebih kreatif.

Kompasianer Tati Ajeng Saidah menyebutkan, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru-guru untuk mengatasi kejenuhan usai melakukan segudang aktivitas mengajar, antara lain adalah bercocok tanam.

"Selain menanam sayuran dengan teknik hidroponik, di sekolah juga menanamnya di dalam polybag," kata kompasianer Tati.

Selain bercocok tanam, menulis juga menjadi kegiatan lain para guru. Dikatakan Kompasianer Tati, tak sedikit guru yang mengikuti lomba karya tulis, seperti cerpen.

Baca selengkapnya di sini

(IBS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com