Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Tawarkan Pulau Biak ke Elon Musk sebagai Tempat Peluncuran Roket SpaceX, Warga Papua Marah

Kompas.com - 11/03/2021, 08:58 WIB
Ade Miranti Karunia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menawarkan Pulau Biak, Papua, kepada CEO Tesla Elon Musk agar dimanfaatkan sebagai landasan peluncuran roket SpaceX.

Kenyataannya, penawaran yang dilakukan pemerintah memicu kegeraman masyarakat Papua.

Hal ini dianggap berdampak negatif dan bisa menghancurkan ekosistem di Pulau Biak, serta membuat warga setempat bakal meninggalkan kampung halaman.

Baca juga: SpaceX Dapat Pendanaan Rp 11,9 Triliun, Elon Musk Kembali Jadi Orang Terkaya di Dunia

Dikutip dari The Guardian, seorang Kepala Suku Pulau Biak Manfun Sroyer mengaku khawatir orang Papua akan terusir dari rumah mereka.

“Pelabuhan antariksa ini akan merugikan tempat perburuan tradisional kami, merusak alam tempat hidup kami bergantung. Tapi, jika kami protes, kami akan segera ditangkap," kata Manfun Sroyer, Kamis (11/3/2021).

Manfun menambahkan, sebelumnya, Badan Antariksa Rusia Roscosmos juga mempunyai tujuan yang sama untuk mengembangkan situs peluncuran roket di Pulau Biak pada tahun 2024.

"Pada 2002, Rusia menginginkan tanah kami untuk peluncuran satelit. Kami memprotes dan banyak yang ditangkap dan diinterogasi. Sekarang mereka membawanya kembali, pelecehan serta intimidasi ini masih berlangsung," ungkap dia.

Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) pun turut bersuara memberikan dukungan penolakan adanya pembangunan "Pulau Antariksa" di sana.

Baca juga: Ke Elon Musk, Jokowi Tawarkan Indonesia sebagai Tempat Peluncuran Roket SpaceX

Jatam berpendapat bahwa penambangan yang diperluas di sana akan meningkatkan deforestasi, mencemari situs warisan dunia laut UNESCO yang diusulkan, dan membahayakan kesehatan masyarakat setempat.

Tambang Grasberg di Papua adalah tambang tembaga terbesar kedua di dunia.

Peningkatan produksi di sana kemungkinan akan menambah 80 juta ton limbah pertambangan yang dibuang ke sungai di sekitarnya setiap tahun.

Ini bakal memperburuk kerusakan lingkungan.

Sementara itu, juru bicara pemerintah Indonesia mengatakan bahwa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Indonesia (Lapan) telah berkonsultasi secara ekstensif dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua mengenai rencana pembangunan landasan antariksa di Pulau Biak.

Baca juga: Jadi Unicorn Terbesar Ketiga Dunia, SpaceX Capai Valuasi Rp 676,2 Triliun

Pemerintah memastikan kehadiran "Pulau Antariksa" di sana bakal meningkatkan perekonomian, terutama ekonomi lokal warga sekitar.

"Pemprov Papua menilai pembangunan pelabuhan antariksa di Biak akan menjadikan Kabupaten Biak Numfor sebagai hub dan membawa dampak ekonomi yang positif bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat. DPR RI juga melihat pembangunan Pulau Biak sebagai 'Pulau Luar Angkasa' akan membawa multiplier effect bagi masyarakat sekitar," kata dia.

Lapan akan terus berkonsultasi secara intensif dengan masyarakat lokal seiring dengan pengembangan rencana pelabuhan antariksa.

Musk berencana meluncurkan 12.000 satelit pada tahun 2026 untuk menyediakan internet berkecepatan tinggi yang murah melalui layanan internet Starlink.

Baca juga: Cetak Rekor Baru, Kekayaan Elon Musk Bertambah Rp 350 Triliun Dalam Sehari

Mengetahui rencana itu, Presiden menawarkan Papua Barat dengan alasan terdapat tembaga dan nikel, dua logam terpenting untuk bahan roket, serta baterai yang digunakan dalam kendaraan listrik Tesla.

Jokowi juga bertujuan memikat Tesla ke Indonesia untuk mempromosikan deposit nikel sekaligus menjadikan RI sebagai produsen EV terbesar kedua di Asia Tenggara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com