Tak kalah seru dengan serial sebelumnya, drama Korea 18 Again juga layak diikuti.
Seperti yang diulas Kompasianer Adillah Fahma Putri, 18 Again menceritakan kisah percintaan remaja, Da-jung dan Dae-young, yang harus kehilangan masa muda mereka, lantaran keduanya yang terpaksa menikah dalam usia muda.
Drama ini juga menggambarkan bagaimana pentingnya komunikasi dalam sebuah keluarga, hubungan orangtua dengan anak, belajar dari kesalahan, usaha meraih cita-cita dan belajar dari ketidaksempurnaan yang dimiliki.
"Drama ini pun mengajarkan bahwa kita tidak boleh lari dari masalah karena ketika masalah terus dihindari, maka ke depannya pun kita tidak dapat menyelesaikan masalah apapun sekalipun itu sebuah masalah yang sepele," tulis Kompasianer Adillah Fahma Putri.
Jadi apa aja sih arti penting kehidupan yang dapat diambil dari drama Korea ini? (Baca selengkapnya)
3. Your Love Song, Cinta Segitiga yang Menyentuh Hati dengan Tema Musik
Pernah mengalami cerita cinta segitiga, ketika dihadapkan pada situasi harus memilih salah satu dari dua orang yang sedang menyukaimu? Atau justru, situasi berbalik ketika kamu harus bersaing untuk memperebutkan orang yang sama?
Ya, kiranya demikian gambaran cerita dari film Your Love Song, sebagaimana ulasan menarik dari Kompasianer Gilang Riyadi.
Dalam ulasannya, film ini cocok ditonton oleh usia remaja hingga dewasa. Sepanjang cerita film pun tidak ada adegan berbau dewasa. Sehingga akan terasa seru dan nyaman apabila ditonton bersama keluarga.
"Karakter yang dibangun dari setiap tokoh pun menurut saya sudah sangat baik ketika diperankan oleh para aktris atau aktornya," tulis Kompasianer Gilang Riyadi.
Untuk jalan ceritanya, Gilang mengatakan mudah dipahami tapi tetap bisa membuat baper. (Baca selengkapnya)
4. Musik, Bunyi yang Matematis
Berbicara soal musik, kita tahu sangat erat kaitannya dengan bunyi, dan bunyi erat kaitannya dengan pendengaran.
Musik sendiri memiliki struktur matematis yang diterjemahkan dalam susunan nada dan harmoni pada sebuah komposisi dan aransemen musik, yang muaranya ada di perasaan.
Kompasianer Promono Kusumastoto mengatakan mendalami musik bukan hanya sebatas menginterpretasi musik dari sisi makna, namun juga menelusuri seluk-beluk musik hingga mencapai hasrat dan titik tertentu.
Banyak yang tidak menyadari bahwa ketika seseorang mempelajari musik maka sebenarnya ia juga sedang mempelajari matematika.
Kerumitan-kerumitan matematika ternyata ada di dalam musik, terbalut estetika-estetika sehingga yang tampak dari musik hanya esensi utamanya saja yaitu bunyi.
"Bunyi sebagai esensi musik jika sudah diberi sentuhan ritme (minimal), maka akan menjadi bunyi yang selain estetis juga matematis," tulis Kompasianer Promono Kusumastoto. (Baca selengkapnya) (IBS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.