Archi dalam film animasi ini juga menjelaskan mengapa kehidupan masa lampau itu penting diungkapkan. (Baca selengkapnya)
3. Nyepi di Bali sebagai Masyarakat Minoritas, Pengalaman Luar Biasa
Bagi masyarakat pendatang atau minoritas tentu merayakan Nyepi di Bali memiliki tantangan dan kisah sendiri, sebagaimana yang dialami Kompasianer Indra Mahardika.
Saat sore hari, dicertakannya, sehari sebelum Nyepi, ia sudah bersiap untuk membantu sang nenek melakukan proses Pengerupukan.
Tugasnya sederhana, membawa kentongan dan membunyikannya secara keras dengan mengelilingi pekarangan rumah dan merajan (pura keluarga).
Saat kecil tugas ini sangat menyenangkan karena mengelilingi rumah dengan membawa kentongan seakan suasana menjadi riuh.
"Saya sempat bertanya pada nenek mengapa melakukan proses Pengerupukan. Nenek mengatakan, ini bertujuan untuk mengusir roh jahat (Bhuta Kala) yang ada di sekitar rumah," tulis Kompasianer Kompasianer Indra Mahardika.
Masih menurut ceritanya, seusai Pengerupukan maka segeralah dimulai acara akbar sebelum penyepian yaitu pengarakan Ogoh-Ogoh. (Baca selengkapnya)
4. Mitos "Anak Rambut Gembel" Bertahan di Tengah Modernisasi
Bersama dengan mitos-mitos yang lain, mitos "anak rambut gembel" berkembang di wilayah Kabupaten Wonosobo dan sekitarnya (khususnya di dataran tinggi Dieng). Mitos ini masih tumbuh dan berkembang sampai sekarang.
Menurut Kompasianer Cipto Lelono, Mitos "anak rambut gembel" sudah berjalan turun temurun dalam waktu yang sangat panjang.
"Dan sudah mengkristal menjadi sistem religi yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat. Maka, di tengah modernitas yang terus berjalan, fenomena tersebut akan tetap bertahan. Walaupun populasinya makin berkurang dari waktu ke waktu," tulis Kompasianer Cipto Lelono.
Musababnya, "anak rambut gembel" di dalam keluarga kerap dianggap sebagai "berkah". Kondisi demikian berkaitan dengan dengan eksistensi nenek moyang yang hadir di tengah keluarganya. (Baca selengkapnya) (IBS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.