Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelabuhan Adikarto Mangkrak Belasan Tahun, Padahal Ada Potensi Ini

Kompas.com - 13/03/2021, 17:01 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mangkrak belasan tahun.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengusulkan manajemen sedimentasi jadi solusi beropersinya Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto. Pendangkalan alur lintasan kapal selama ini menjadi kendala mangkraknya pelabuhan ini.

"Saya konsultasikan dengan para ahli mengenai skema mana yang paling efisien dan hasilnya optimal," ujar Menteri KP, Wahyu Sakti Trenggono, dikutip dari keterangan resmi Sabtu (13/3/2021).

Trenggono sendiri sudah datang ke pelabuhan mendampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Dia turut membawa sejumlah ahli dari Institut Teknologi Bandung dan pejabat eselon I kementeriannya.

Dari hasil kajian, solusi yang bisa diterapkan adalah manajemen sedimentasi berupa rutin mengeruk pasir yang selama ini memenuhi alur lintasan lintasan kapal menuju pelabuhan.

Keuntungan lain dari skema pengerukan ini yakni pasir dapat dimanfaatkan menjadi komoditas bernilai ekonomis.

Baca juga: Menteri Trenggono Mau Buat Terobosan, Nelayan Harus Dapat Pensiun

Menurut Trenggono, perbaikan alur yang mengalami sedimentasi harus segera dilakukan untuk menunjang peningkatan produktivitas perikanan di DIY.

Pemanfaatan sumber daya laut di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 nantinya juga bisa lebih optimal. Sebagai informasi, WPPNRI 573 meliputi wilayah perairan Samudera Hindia.

Kawasan ini memiliki potensi tangkapan lestari sebanyak 500 ribu ton yang setara dengan Rp10 triliun per tahun. Ikan tuna dan cakalang merupakan komoditas dominan di perairan ini.

"Ini harusnya menjadi pusat ekonomi perikanan yang bagus karena sebelahnya ada bandara internasional. Kalau misal ini kita perbaiki dengan baik dan di belakangnya nanti ada industri perikanan, maka ekonomi di sini akan begerak," tegas Trenggono.

Baca juga: Kejar PNBP Rp 12 Triliun, Menteri Trenggono Ingin Tarik Pungutan Hasil Tangkap Ikan

Skema manajemen sedimentasi berupa pengerukan pasir sudah disampaikan Menteri Trenggono kepada Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perhubungan Budi Karya dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X yang turut serta meninjau Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto.

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menyambut baik skema pengerukan yang diusulkan Menteri Trenggono. Pihaknya akan melakukan kajian lebih dalam dengan target sampai tiga bulan ke depan. Tujuannya agar skema pengerukan benar-benar menjadi solusi sedimentasi yang terjadi.

"Kajian harus komprehensif setelah itu baru dilakukan langkah teknis," ujarnya.

Sebelumnya, Luhut sudah bertitah untuk menyelesaikan persoalan di kawasan tersebut. Demikian ditegaskan Luhut ketika melakukan kunjungan ke breakwater pantai PP Tanjung Adikarto, Jumat (12/3/2021).

"Penyelesaian masalah di kawasan Pelabuhan Adikarto harus terintegrasi dengan penanganan di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta dan kawasan di sekitarnya,” kata Luhut dalam keterangan resminya, dikutip pada Sabtu (13/3/2021).

Kunjungan Luhut sendiri merupakan tindak lanjut rapat koordinasi Menko Marves dengan Gubernur DIY pada Kamis (4/3/2021).

Baca juga: Kala Luhut Bertitah Tangani Pelabuhan Mangkrak di Pantai Selatan DIY

Pada rapat koordinasi yang dikomandoi oleh Luhut itu, Kemenko Marves dan Pemerintah Provinsi DIY pun sudah sepakat untuk mengintegrasikan perencanaan pantai selatan dengan penataan kawasan di sekitar, yakni PP Tanjung Adikarto, kawasan strategis Yogyakarta International Airport (YIA), dan kawasan Pantai Selatan DIY.

DIY sendiri memiliki pantai Samudera Indonesia atau Samudera Hindia sepanjang kurang lebih 110 kilometer dengan potensi sumber daya perikanan yang besar. Sayangnya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.

Oleh karena itu, dibuatlah kawasan pantai Pelabuhan Perikanan (PP) Tanjung Adikarto seluas 16,5 hektar di Pantai Glagah yang lokasinya mudah diakses dan daerah pengaruhnya (hinterland) baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com