Artinya, hingga akhir Mei 2021, stok gula Indonesia defisit sekitar 278.484 ton. Oleh sebab itu, kebutuhan ini dipenuhi dengan importasi gula untuk konsumsi.
Meski demikian, pemerintah memutuskan untuk mengalokasikan impor gula sebanyak 646.944 ton sehingga diperkirakan stok gula pada akhir Mei 2021 menjadi surplus 368.460 ton.
"Jadi hampir 650.000 ton itu untuk konsumsi saja," ungkap Momon.
Baca juga: Kementan Klaim Stok Beras Berlebih, Kemendag Bilang Perlu Impor
Dia menambahkan, pada dasarnya kebutuhan gula nasional mencapai 5,8 juta ton di 2021. Itu mencakup kebutuhan gula rafinasi untuk industri dan gula kristal putih untuk konsumsi.
Namun, produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi 2,1 juta ton. Artinya, terjadi defisit gula sebanyak 3,7 juta ton yang berpotensi dipenuhi melalui impor.
"Total kebutuhannya hampir 6 juta ton, sekitar 5,8 juta ton, dan kita baru bisa memenuhi 2,1 juta ton," ungkap Momon.
Sementara itu dikutip dari Harian Kompas, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan impor kelompok barang dengan kode HS 17, yakni gula dan kembang gula, sehingga menempatkannya di posisi ketiga pada Februari 2021.
”Kenaikan kelompok barang ini (kode HS 17) mencapai 75,6 juta dollar AS,” kata Kepala BPS Suhariyanto.
Nilai impor gula sepanjang Januari-Februari 2021 mencapai 481,7 juta dollar AS. Angka ini 99,38 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Gula diimpor antara lain dari Australia, Brasil, dan India.
Baca juga: Jeritan Petani: Harga Gabah Lagi Murah, Kok Impor Beras
(Sumber: KOMPAS.com/Yohana Artha Uly | Editor: Bambang P. Jatmiko, Ambarita Nadia Kemala Movanita)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.