Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobil Kapasitas 2.500 cc Berpeluang Dapat Diskon PPnBM

Kompas.com - 17/03/2021, 07:43 WIB
Yoga Sukmana

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah membuka peluang untuk memperluas pemberian insentif penurunan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil berkapasitas isi silinder sebesar 2.500 cc. Rencana ini pun mendapat tanggapan dari sejumlah Agen Pemegang Merek (APM) Indonesia.

Dalam berita sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengonfirmasi bahwa pihaknya bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Keuangan akan membahas kemungkinan perluasan dan pendalaman relaksasi PPnBM kendaraan bermotor.

Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo yang menginginkan kendaraan roda empat dengan kapasitas 2.500 cc juga bisa menikmati insentif PPnBM asalkan memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 70 persen.

Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam menilai, semua kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebenarnya ditujukan untuk para konsumen. Pihaknya selaku produsen akan lebih fokus pada investasi dan produksi mobil-mobil yang akan dibeli oleh konsumen.

Ia pun menyebut bahwa rencana perluasan insentif PPnBM tersebut cukup wajar digaungkan oleh pemerintah. Apalagi, insentif itu ditujukan kepada produk mobil dengan kandungan local purchase yang tinggi dan bisa diekspor ke luar negeri.

“Insentif ini akan memutar perekonomian nasional,” ujar dia, Selasa (16/3/2021).

Baca juga: Menperin Kaji Diskon PPnBM Nol Persen untuk Mobil 2.500 cc

Sementara itu, Business Innovation and Sales & Marketing Director Honda Prospect Motor Yusak Billy mengatakan, insentif PPnBM untuk mobil berkapasitas mesin sampai 1.500 cc yang berlaku saat ini sebenarnya sudah sangat tepat. Sebab, segmen tersebut mewakili volume pasar terbesar dan karakter konsumen yang memang membutuhkan insentif itu.

Walau begitu, perluasan segmen kendaraan hingga 2.500 cc yang mendapat relaksasi PPnBM juga sangat mungkin terjadi dan bisa memberi kontribusi peningkatan pertumbuhan pasar otomotif domestik. Pemerintah pun sebaiknya mempertimbangkan dengan cermat syarat local purchase saat hendak memberikan insentif pajak untuk mobil berkapasitas 2.500 cc.

“Jika tujuannya untuk mendorong pertumbuhan industri, kami menilai bahwa dengan menurunkan local purchase ke kisaran 50 persen-60 persen untuk semua segmen, maka akan memberikan dampak positif yang lebih besar terutama bagi UKM dan pemasok lokal,” terang Billy.

Dia menilai, usulan seperti itu kelak dapat mendorong lebih banyak pelaku industri otomotif dari berbagai segmen produk mobil yang mendapat manfaat hadirnya relaksasi PPnBM.

Marketing Director & Corporate Planning and Communication Director Astra Daihatsu Motor Amelia Tjandra enggan berkomentar banyak soal rencana pemberian stimulus PPnBM bagi kendaraan roda empat berkapasitas 2.500 cc. Hal ini lantaran ADM tidak menjual mobil dengan kapasitas mesin di atas 1.500 cc.

Namun demikian, perluasan insentif untuk segmen tertentu tetap dibutuhkan mengingat industri otomotif Indonesia masih menghadapi tekanan di masa pandemi Covid-19. “Tujuannya kan baik untuk menstimulus pertumbuhan pasar otomotif yang terpuruk,” tandas dia. (Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo).

Baca juga: Menperin Kaji Diskon PPnBM Nol Persen untuk Mobil 2.500 cc

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Mobil kapasitas 2.500 cc berpeluang dapat insentif PPnBM, begini respons sejumlah APM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Whats New
Simak 5 Tips Raih 'Cuan' dari Bisnis Tambahan

Simak 5 Tips Raih "Cuan" dari Bisnis Tambahan

Whats New
Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Whats New
Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Whats New
Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Whats New
Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Whats New
[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com