Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Petani Tolak Impor Beras: Harga Gabah Murah dan Sulit Laku

Kompas.com - 17/03/2021, 09:41 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih juga menyayangkan rencana impor beras lantaran bakal semakin menekan petani yang tengah menghadapi merosotnya harga gabah.

Dia menilai rencana impor beras menunjukkan belum selesainya masalah sinkronisasi dan koordinasi yang berkaitan dengan kelembagaan pengelolaan pangan di Indonesia.

Baca juga: Buwas: Isu Impor Beras Mulai Tekan Harga Gabah Petani

Harga gabah turun

Semenara itu, Ketua Kelompok Tani Sarwo Dadi Desa Baleraksa, Karangmoncol, Purbalingga, Fajar, mengungkapkan kondisi petani saat ini tengah terpuruk karena harga gabah sedang turun dan ikut terdampak pandemi Covid-19.

"Lagi murah, GKP (gabah kering panen) Rp 300.000 per kuintal. Normalnya Rp 350.000 per kuintal. (Di tingkat petani Purbalingga) beras sekarang Rp 7.800-8.000 per kg," ujar Fajar dikonfirmasi Kompas.com.

Dia mengkhawatirkan, rencana pemerintah mendatangkan beras impor bisa membuat harga gabah di tingkat petani semakin anjlok karena faktor spekulan. Ini karena pasokan beras diprediksi akan meningkat saat beras impor tiba.

Fajar yang juga Sekretaris Desa Baleraksa ini berharap pemerintah mempertimbangkan impor beras di tahun ini mengingat harga gabah petani sedang turun.

Baca juga: Kementan Bilang Stok Beras Petani Lokal Melimpah Ruah, Kok Impor?

"Di masa pandemi Covid-19 sektor pertanian paling kuat bertahan ekonominya, tapi pemerintah hanya menilai tidak memikirkan nasib para petani," ucap Fajar yang juga pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Purbalingga ini.

"Ditambah lagi pemerintah pusat akan mengimpor beras. Petani ditenggelamkan lagi, petani hanya sebagai slogan negara belaka," kata dia lagi.

Klaim surplus

Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan stok beras nasional jelang bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri dalam kondisi aman, seiring sebagian besar lahan padi di seluruh Indonesia memasuki masa panen raya pada Maret-April 2021.

“Neraca beras sampai dengan 2021 masih aman, terutama dengan panen raya,” ungkap Sekretaris Jenderal Kementan Momon Rusmono dalam keterangannya seperti dilansir dari Antara.

Baca juga: Buwas Beberkan 2 Menteri Jokowi yang Perintahkan Impor Beras

Berdasarkan prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan pokok, ketersediaan beras hingga bulan Mei 2021 diperkirakan hampir mencapai 25 juta ton.

Stok beras hingga Desember 2020 tercatat sebanyak 7,389 juta ton. Sementara itu perkiraan produksi dalam negeri mencapai 17,5 juta ton dan perkiraan kebutuhan sebanyak 12,336 juta ton.

Jelang bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri 1442 H, Kementan akan menjalankan strategi untuk menjamin penyediaan pangan termasuk beras.

“Kami akan melakukan pemantauan harga secara rutin, selain juga akan mengadakan pasar murah komoditas utama melalui Pasar Mitra Tani dan di pasar tradisional dengan bekerja sama dengan BUMN dan mitra lainnya,” sebut Momon.

Baca juga: Buwas: Isu Impor Beras Mulai Tekan Harga Gabah Petani

Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim, seperti banjir maupun kekeringan, Kementan akan menerapkan early warning system.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com