Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Jenis Investasi yang Populer di Indonesia, dari Deposito hingga Saham

Kompas.com - 17/03/2021, 10:29 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Investasi saat ini merupakan sebuah kebutuhan untuk mencapai kemapanan finansial di masa depan. Namun demikian, tentunya investasi harus disesuaikan dengan tujuan finansial dan profil risiko investor.

Beberapa instrumen investasi seperti saham, deposito, reksadana, emas, properti, dan obligasi adalah beberapa instrumen investasi yang menarik saat ini. Namun, jika instrumen investasi tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi finansial, maka tentunya tidak akan mendapatkan imbal hasil yang diinginkan.

Menurut Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha, menabung (saving) memiliki perbedaan dengan investasi. Dia bilang, dewasa ini untuk mencapai kemapanan finansial tidak hanya bisa dilakukan dengan menabung, mengingat inflasi yang terus naik bisa menggerus tabungan atau aset yang dimiliki.

Baca juga: Ini Alasan Menko Airlangga Cetuskan Ide Impor Beras

Investasi memiliki sifat mengembangkan dana atau aset yang dimiliki, berbeda dengan tabungan yang sifatnya hanya sekadar menyimpan saja. Di sisi lain, menabung lebih kepada kebutuhan keuangan yang liquid, sementara investasi lebih kepada tujuan jangka panjang yang ditargetkan.

“Jaman sekarang nabung saja itu tidak cukup, kalau kita bicara hidup itu memang tidak adil karena secara finansial ada yang namannya inflasi. Di mana, inflasi atau kenaikan harga barang ini selalu naik, dan tanpa kita sadari inflasi bisa menggerus kekayaan kita,” jelas dia dalam virtual konferensi Selasa (16/3/2021).

Menurut dia, ada beberapa instrumen investasi yang cukup menarik saat ini. Namun tentunya investor harus memperhatikan, profil risiko, kebutuhan, dan tujuan masa depan. Berikut beberapa instrumen investasi yang bisa menjadi pilihan:

1. Deposito

Deposito merupakan salah satu instrumen investasi yang sudah terjamin di LPS. Selain aman, sebagain instrument investasi yang konservatif, deposito memberikan suku bunga yang tidak terlalu agresif kepada nasabanya. Selain, itu dana yang ditempatkan juga tidak likuid atau tidak bisa digunakan sewaktu-waktu.

“Deposito itu tidak fleksibel, karena dana dikuci selama 3 bulan atau beberapa tahun. Dan jika dana itu dicairkan sebelum jatuh tempo akan ada pinalti atau bunga yang tidak bisa diambil,” kata Dimas.

Baca juga: Mau Investasi, Perlukah Kamu Menyewa Penasihat Keuangan?

2. Properti

Saat ini kebutuhan akan properti terus meningkat seiring dengan kenaikan jumlah populasi dan tingkat kesejahteraan yang semakin baik. Dengan demikian menempatkan investasi pada segmen properti cukup menarik.

Namun, selain properti harganya tidak murah, aset dalam bentuk properti juga tidak likuid karena harga yang mahal tentunya tidak semua orang mampu membeli properti. Sementara jika investor membutuhkan dana sewaktu-waktu, menggadaikan properti tentunya tidak memaksimalkan keuntungan.

“Properti juga butuh biaya tahunan, meskipun pertumbuhan keuntungan properti menggiurkan, namun ini bukanlah asset yang bisa dijual dalam kurun waktu pendek (5 tahun misalnya),” kata dia.

3. Emas

Emas bisa menjadi sarana investasi yang cukup menarik saat ini. Selain tren emas digital yang memudahkan investasi dari nominal terkecil, emas juga tergolong aset yang likuid karena bisa di beli dan dijual kapan pun.

Meskipun dianggap sebagai aset safe heaven, emas nyatanya memiliki fluktuasi harga. Fluktuasi harga emas terjadi karena jumlah produksi yang terbatas, sementara permintaannya terus meningkat.

Saat ini, orang cenderung menjadikan emas sebagai salah satu instrumen diversifikasi investasi. Emas juga sesuai untuk disimpan dalam jangka panjang, dan minim tergerus inflasi.

Baca juga: Cerita Nasabah BTN Tak Dapat Subsidi KPR, padahal Selalu Lancar Bayar Cicilan

4. Reksadana

Reksadana merupakan salah satu produk yang underlying asetnya bisa berupa saham, obligasi, atau deposito. Dana nasabah yang dihimpun oleh manajer investasi berpengalaman dan nantinya akan dimasukkan dalam instrumen investasi sesuai dengan jenis reksadana yang dipilih.

Berinvestasi di reksadana juga mudah karena investor tidak perlu terjun langsung memantau investasinya. Investasi sudah dipercayakan kepada fund manager. Di sisi lain, nominal dana yang diperlukan tidak besar, sehingga bisa dilakukan oleh siapa saja.

“Reksadana bisa menjadi jembatan bagi yang ingin menikmati investasi di pasar modal (misalnya) dan tidak tahu bagaimana cara melakukan research dan analisa. Ini adalah instrument invstasi yang menggabungkan funding dan menghimpun dana dari banyak investor dan dana ini akan dialokasikan ke berbagai instrumen,” kata Dimas.

Dia bilang, nantinya nasabah akan memperoleh imbal hasil atau benefit dari dana gotong royong tersebut. Di sisi lain investasi reksadana cukup likuid, aman, diawasi OJK dan bebas pajak.

Baca juga: Simak Tips Investasi Saham di Awal Tahun 2021

5. Obligasi

Obligasi atau surat utang yang dikeluarkan pemerintah atau perusahaan masih menarik untuk investasi jangka panjang. Apalagi, keuntungannya akan diberikan setiap bulan atau tahun melalui kupon. Hanya saja, dananya tidak likuid dan memiliki fluktuasi harga.

Selain itu, dana yang disetor untuk investasi dalam bentuk obligasi juga cukup terjangkau. Menurut Dimas, obligasi sangat cocok untuk investor yang profil risikonya mengarah pada risiko moderat. Karena, secara valuasi tidak seagresif saham namun return-nya menarik.

6. Saham

Investasi saham merupakan salah satu instrumen investasi yang high risk atau tinggi risiko. Hal ini mengingat fluktuasi di pasar saham yang terjadi setiap hari akan mempengaruhi imbal hasil dari saham yang dimiliki.

Di sisi lain, dalam berinvestasi saham tentunya bisa memberikan return yang paling agresif dan menarik diantara instrumen investasi lainnya. Investor juga perlu memantau pergerakan harga saham, kondisi perusahaan, dan juga sentimen yang muncul.

“Saham memiliki tingkat risiko salah satu paling tinggi karena ada fluktuasi harian dan kita tidak tahu bagaimana performance pasar saham dalam 1-2 tahun ke depan dan ini sulit diperdiksi analis. Tapi benefitnya selain dari sisi return dana yang perlu dikeluarkan juga relatif terjangkau tergantung saham apa yang mau dibeli,” ucap dia.

Baca juga: Tips Investasi di Pasar Modal saat Pandemi Covid-19 ala Lo Kheng Hong

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com