JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membeberkan, tahun ini ada beberapa risiko yang bisa menjadi sentimen negatif atas outlook ekonomi global.
Risiko tersebut antara lain asset bubbles, ketidakstabilan harga termasuk lonjakan harga komoditas, krisis utang, dan risiko geopolitik.
Ekonom Senior Institute Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Eric Sugandi mengatakan, dampak risiko ekonomi global tersebut terhadap ekonomi Indonesia bisa negatif atau positif.
Pertama, melonjaknya harga komoditas energi seperti minyak bisa meningkatkan current account defisit Indonesia dan menurunkan surplus neraca dagang. Sebab, Indonesia adalah net importer energi.
Baca juga: Batas Bawah Dipangkas, Sri Mulyani Optimistis Pertumbuhan Ekonomi
Namun demikian, kenaikan harga komoditas perkebunan seperti minyak sawit atau crude palm oil (CPO) bisa memberikan dampak positif pada Indonesia.
Kedua, asset bubbles yang pecah bisa menyebabkan capital outflows dari emerging markets, termasuk dari Indonesia. Dampaknya ini berisiko menekan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Ketiga, krisis utang di salah satu emerging market bisa mempunyai efek menular ke negara-negara emerging markets lainnya.
Kata Eric, kreditur dari advanced economies bisa mengurangi komitmen pinjaman mereka ketika negara-negara berkembang membutuhkan dana untuk pemulihan ekonomi.
Keempat, risiko geopolitik yang memang selalu ada, misalnya konflik Laut China Selatan dan Timur Tengah.
Kendati begitu, Eric menilai, ekonomi Indonesia sebetulnya lebih banyak digerakkan oleh faktor domestik daripada oleh faktor eksternal.
Baca juga: BPS: Pertumbuhan Ekonomi RI 2020 Minus 2,07 Persen
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga merupakan kontributor produk domestik bruto (PDB) terbesar dan pendorong utama pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
“Jadi di tengah risiko global tersebut, yang mesti dilakukan pemerintah adalah mempercepat momentum pertumbuhan komponen ekonomi domestik terutama konsumsi rumah tangga dan investasi,” kata Eric kepada Kontan.co.id, Rabu (17/3/2021).
Eric memperkirakan, secara umum pertumbuhan ekonomi tahun ini akan lebih baik daripada tahun lalu. Hal ini sejalan dengan tren peningkatan aktivitas ekonomi pasca pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang cenderung lebih ketat di tahun lalu. Proyeksinya ekonomi dalam negeri tumbuh 4,6 persen year on year (yoy).
Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: 4 Risiko ekonomi yang menghantui ekonomi global dan efeknya ke Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.