Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KURASI KOMPASIANA] Persiapan Punya Anak bagi Pasangan Menikah Usia Tua | Punya Anak Tak Cukup Perkara Seksual, dan Finansial

Kompas.com - 17/03/2021, 18:42 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

Yang tak kalah mengejutkan adalah pengakuan Kompasianer Tety Polmasari terkait rencana mengaborsi anak ketiganya.

Berdasarkan pengakuannya, niatan aborsi itu lantaran dirinya mengandung pada usia yang terbilang tidak lagi muda.

Tak sampai di situ, sang suami pun dalam kondisi tak memiliki kerjaan.

"Pertimbangan lainnya, kehamilan ketiga saya juga "buah" dari pertengkaran kami. Jadi, bisa dibilang ini adalah kehamilan yang tidak direncanakan, yang juga bisa jadi yang tidak diharapkan," tulis Kompasianer Tety Polmasari. (Baca selengkapnya)

3. Setop Menjadikan Anak sebagai "Bahan Investasi"

Kata investasi di sini dikaitkan dengan anak sebagai seseorang yang akan menguntungkan orangtuanya di masa yang akan datang.

Kompasianer Thalita Umaveda Al Hayya mengatakan seorang anak yang dijadikan bahan investasi, sebagaimana definisi di atas, akan sangat mungkin sang anak menjadi begitu tertekan pada kemudian hari.

Pikiran-pikiran anak tersebut, jika kelak ia sukses dan harus memberikan timbal balik kepada orangtuanya, akan membuatnya merasa ia hanya digunakan sebagai sebuah 'objek'.

Dan jika kelak orangtua mengatakan jika anak tidak dapat menjadi apa yang selama ini diinginkan oleh orangtuanya, maka anak akan paham jika selama ini orang tuanya tidak tulus membiayai segala kehidupannya.

"Ketika anak dipaksa untuk melakukan sesuatu oleh orang tuanya, maka tak jarang anak akan menjadi stress dan berpikir jika ia hidup dalam lingkup keluarga yang buruk," tulis Kompasianer Kompasianer Thalita Umaveda Al Hayya. (Baca selengkapnya)

4. Punya Anak Tak Cukup Perkara Seksual, Mental, dan Finansial

Kompasianer Kazena Krista menilai sebuah pernikahan lebih banyak diukur dengan dikaruniai atau tidaknya sepasang suami-isteri dengan kehadiran seorang anak.

Penilaiannya itu didasari kultur di masyarakat di sekitarnya yang seolah memberi legitimasi hal tersebut.

Anggapan itu, menurutnya, tidak sepenuhnya salah. Tapi, tidak sepenuhnya benar juga. Hanya saja, masih menurutnya, perasaan untuk ingin mempunyai anak adalah sesuatu yang bisa dikatakan valid meski tak rasional untuk disamaratakan terhadap semua orang.

"Hanya saja, ada beberapa faktor eksternal dan internal yang harus lebih dulu terpenuhi," tulis Kompasianer Kazena Krista. (Baca selengkapnya) (IBS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com