Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Pemerintah Putuskan Impor Garam 3 Juta Ton

Kompas.com - 19/03/2021, 21:02 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Oleh sebab itu, lanjut dia, saat ini yang menjadi pekerjaan rumah bersama adalah bagaimana untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas garam dalam negeri, sehingga bisa memenuhi kebutuhan industri.

Lutfi menilai, persoalan garam ini malah seharusnya bisa dilihat oleh pelaku usaha dalam negeri sebagai peluang untuk memperbaiki dan mengembangkannya industri garam. Sehingga bisa menekan ketergantungan impor garam.

"Jadi bukan jumlahnya saja yang mesti dipenuhi, tetapi juga kualitasnya. Nah ini yang sebenarnya mestinya industri nasional itu bisa melihat kesempatan untuk perbaiki struktur industri garam nasional," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan, produksi garam dalam negeri diperkirakan mencapai 2,1 juta ton pada 2021. Sementara kebutuhan garam nasional tahun ini sebanyak 4,6 juta ton.

Baca juga: Balada Impor Beras, Garam, dan Gula, Usai Seruan Jokowi Benci Produk Asing

Artinya, memang ada selisih 2,5 juta ton untuk memenuhi kebutuhan garam nasional, yang pada akhirnya dipasok dari impor. Ia bilang, sebagian besar atau sebanyak 3,9 juta ton kebutuhan garam ada pada industri manufaktur.

Menurutnya, pemerintah terus berupaya memperbaiki produksi garam lokal guna meningkatkan meningkatkan produktivitas dan kualitas garam rakyat.

Upaya tersebut diantaranya yakni dengan integrasi lahan garam untuk peningkatan produktivitas dari 60 ton per hektar per musim menjadi 120 ton per hektar per musim. Lalu pembangunan gudang garam nasional dan penerapan resi gudang.

"Selain itu, bantuan revitalisasi gudang garam rakyat, perbaikan jalan produksi, dan perbaikan saluran," ucap Trenggono dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, Kamis (18/3/2021).

Baca juga: Era SBY dan Jokowi Sama Saja, Tiap Tahun Impor Garam Jutaan Ton

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com