Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Karena Isu Impor, Mendag Beberkan Penyebab Harga Gabah Petani Anjlok

Kompas.com - 20/03/2021, 13:22 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menilai tren penurunan harga gabah petani yang saat ini terjadi tidak dipengaruhi oleh isu impor beras, melainkan karena kualitas gabah itu sendiri.

Ia menjelaskan, pada masa panen raya kali ini rata-rata kondisi gabah petani cukup basah lantaran dipengaruhi curah hujan yang tinggi.

Hal ini membuat rendahnya penyerapan gabah oleh Bulog.

Baca juga: Jaga Harga Jual Gabah, Kementan Bentuk Tim Khusus

Dalam menyerap gabah petani, terdapat aturan yang harus dipatuhi oleh Bulog.

Berdasarkan Permendag Nomor 24 Tahun 2020, Bulog hanya bisa menyerap gabah dengan kadar air maksimal 25 persen dan seharga Rp 4.200 per kilogram.

"Nah, yang kejadian sekarang adalah curah hujan tinggi sekali, jadi gabah basah, gabah petani itu tak bisa dibeli Bulog," ujar Lutfi dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/3/2021).

Minimnya penyerapan oleh Bulog turut berdampak kepada petani.

Lutfi mengatakan, saat ini petani pun menjadi berhadapan langsung dengan pedagang.

Baca juga: Diminta Airlangga, Mentan SYL Surati Buwas Cegah Harga Gabah Anjlok

Sementara, tidak semua petani dan pedagang memiliki mesin pengering yang memadai untuk mengolah gabah basah, sehingga berpotensi membuat kualitas beras menjadi turun.

"Karena Bulog tidak bisa membeli, petani berhadapan dengan pedagang yang tentu ingin dapat keuntungan. Siapa yang salah? Tidak ada yang salah. Pedagang punya prioritas, tapi Bulog juga punya acuan," kata dia.

"Di sisi lain, kalau gabah basah itu tidak dibeli dan di giling secara langsung, gabah akan rusak, jadi terpaksa petani jual dengan banting harga," lanjut Lutfi.

Oleh sebab itu, ia menekankan, penurunan harga gabah petani bukanlah karena pengaruh isu rencana impor beras, tetapi kondisi panen raya yang memang dipengaruhi oleh tingginya curah hujan.

"Saya pastikan harga gabah petani jatuh bukan karena beras impor, tapi karena masalah logistik di bawah, yaitu enggak ada pengering sehingga ada ongkos tambahan yang diambil dari harga gabah mereka ," jelas Lutfi.

Baca juga: Tekan Penurunan Harga Gabah, HKTI: Pemerintah Perlu Beri Jaminan

Menurut Lutfi, meski terjadi tekanan harga gabah, tetapi saat ini harga beras di tingkat konsumen belum mengalami penurunan meski sudah memasuki masa panen raya.

Dia mencontohkan, seperti beras medium di Jakarta per 5 Maret 2021 seharga Rp 9.800 per kilogram dan hingga 17 Maret 2021 naik tipis 0,79 persen menjadi seharga Rp 9.878 per kilogram.

Begitu pula di Bandung yang dekat dengan sentra padi, harga beras tidak mengalami penurunan.

Ia mengatakan, dalam kurun waktu 5-17 Maret 2021, beras premium tetap dihargai Rp 11.683 per kilogram.

Lutfi menambahkan, pemerintah akan memperhatikan dinamika ke depan terkait pelaksanaan kebijakan impor.

Baca juga: Ada Isu Impor Beras di Tengah Panen, Bagaimana Nasib Harga Gabah Petani?

Terutama terkait kemampuan Bulog menyerap gabah petani lokal.

Jika pada akhirnya memang diperlukan, ia menjamin, impor beras tidak akan dilakukan saat panen raya.

Sebab, kata dia, rencana impor beras bukan untuk menghancurkan harga gabah petani.

"Ini adalah situasi yang dinamis. Saya jamin tidak ada impor saat panen raya. Hari ini tidak ada beras impor yang menghancurkan harga petani, karena memang belum ada yang impor," ucap Lutfi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com