Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelebihan Pasokan Semen, Indocement Tak Akan Ekspansi Pabrik Tahun Ini

Kompas.com - 21/03/2021, 07:52 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Emiten produsen Semen Tiga Roda, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) memastikan tidak akan ekspansi pabrik pada 2021. Hal ini karena perusahaan sedang mengalami over supply atau kelebihan pasokan semen sebesar 55 juta ton.

Christian Kartawijaya Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengatakan, kelebihan pasokan yang cukup besar tersebut juga akan ditambah dengan munculnya pemain baru. Ditambah lagi dengn proyeksi kenaikan konsumsi semen di tahun ini sekitar 5-6 persen.

“Tidak ada ekspansi pabrik, kami kelebihan pasokan sangat besar. Dan konsumsi naik sekitar 5 persen sampai 6 persen atau sekitar 3 juta ton. Jadi tahun ini kami perkirakan 55 juta ton kelebihan. Itu tidak logic untuk kita merencanakan ekspansi pabrik tahun ini,” kata Christian, Jumat (19/3/2021).

Baca juga: Simak Besaran Gaji Pensiun PNS Lengkap Per Golongan

Christian mengatakan, di tahun 2021 perseroan akan menargetkan ekspor sebesar 600.000 ton semen, atau naik 20-25 persen di bandingkan dengan tahun lalu sebesar 500.000 ton.

Di samping itu, anggaran modal belanja atau Capex di tahun 2021 juga naik sekitar 10 persen sekitar Rp 1 triliun sampai Rp 1,1 triliun dibanding tahun lalu Rp 1 triliun. Menurut Christian, kenaikan Capex ini karena perseroan mulai mendapatkan beberapa persetujuan baru.

Kenaikan permintaan juga dibuktikan dari realisasi penjualan yang hingga Februari 2021 mencapai kanaikan 0,9 persen. Pada 2020, realisasi penjualan mayoritas negatif, hanya pada bulan Mei hingga Juni saja realisasi penjualan positif.

“Itu sangat baik, demikian juga di bulan Maret ini yang kelihatannya 2-3 minggu ini penjualan masih positif. Dominasinya lebih banyak ke residential dan properti. Namun untuk pembangunan infrastruktur, komersial dan apartemen masih stagnan,” lanjut dia.

Kenaikan penjualan tertinggi menurut Christian terjadi pada produk semen kantong yang artinya pembangunan didominasi oleh residential.

Di sisi lain produk baru keluaran inducement yakni semen hidrolik akhir tahun 2020 diharapkan mampu mendorong penjualan di tahun ini. meskipun masih dalam tahap pengenalan, INTP menargetkan penjualan semen hidrolik bisa tumbuh 5-10 persen.

“Kalau penjualan semen hidrolik tahun ini masih pengenalan green semen, targetnya (tumbuh) 5-10 persen. Kementerian PUPR juga sudah mengeluarkan statement untuk menggunakan green semen guna mengurangi CO2, saya rasa memakai semen yang lebih ramah lingkungan bisa dilakukan di Indonesia saat ini,” kata dia.

Baca juga: Kapitalisasi Pasar Naik 0,53 Persen Selama Sepekan

Namun demikian, di tengah kenaikan harga batu bara, perseroan cukup sulit untuk menaikkan harga jual. Ini lantaran penjualan produk yang masih terhambat karena siklus hujan.

Padahal komponen batu bara merupakan komponen penggunaan terbesar yakni 40-45 persen dalam pengolahan.

“Harga batu bara lagi naik, dan kita beli dalam dollar AS ini membuat biaya produksi naik. Karena semen itu industri di pasar bebas dengan persaingan ketat, sementara kuenya mengecil karena musim hujan dan banjir jadi penjualan drop,” jelas dia.

Dia bilang, selaku produsen tentunya kenaikan harga batu bara bisa disesuaikan dengan harga jual. Namun, perseroan melihat tidak adanya peluang untuk menaikkan harga dalam beberapa bulan keedpan, selain karena faktor cuaca, pembangunan infrastruktur juga belum menggeliat.

Pada 2021, perseroan mulai menilik kawasan baru untuk memperluas pangsa pasarnya. Pulau Sumatera menjadi salah satu pilihan setelah beberapa tahn lalu perseroan membangun terminal semen di Lampung dan Palembang.

Selain itu, Sulawaesi Tenggara juga menjadi salah satu pasar yang potensial khususnya di Konawe dan Morowali. Christian bilang di lokasi tersebut terdapat sejumlah proyek pemurnian (smelter) yang berpotensi menyerap permintaan semen. Penguatan pasar di Sulawesi juga ditunjang dengan adanya floating terminal di Konawe.

Baca juga: Ini Beda Investor dan Spekulator Menurut Lo Kheng Hong

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com