Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Pelaku Ekonomi Digital Cenderung Monopolistik atau Oligopoli

Kompas.com - 23/03/2021, 10:43 WIB
Mutia Fauzia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan beragam tantangan yang harus dihadapi dunia serta perekonomian Indonesia akibat digitalisasi.

Salah satunya yakni mendorong teknologi agar tetap bisa menciptakan kompetisi dan pasar terbuka.

Pasalnya, bila melihat kondisi perekonomian digital, baik di dunia maupun di Indonesia, sifatnya cenderung monopoli atau oligopoli.

Baca juga: Indonesia Targetkan 30 Juta UMKM Go Digital hingga 2023

Monopolistik artinya hanya ada satu perusahaan yang mendominasi dan memegang kendali atas produk tertentu.

Sedangkan oligopoli merupakan bentuk pasar persaingan tidak sempurna, yakni hanya ada beberapa produsen atau penjual dengan pembeli yang jauh lebih banyak.

"Misalnya kita lihat, di dunia hanya ada satu Google, kompetitornya nggak bisa muncul," ujar Sri Mulyani dalam acara Katadata Indonesia Data and Economic Conference, Selasa (23/3/2021).

Ia mencontohkan hal lain, terkait dengan pasar oligopoli yakni bagaimana ketika Facebook, yang merupakan induk perusahaan dari WhatsApp, dikabarkan akan mengumpulkan data yang ada di layanan chatting tersebut.

Masyarakat kemudian secara ramai-ramai pindah platform chatting mereka ke aplikasi lain, yakni Telegram.

Baca juga: LKPP dan Bukalapak Optimalkan 6,5 Juta UMKM untuk Pengadaan Barang dan Jasa Digital

Selain itu, ada pula Twitter atau Instagram yang hingga saat ini juga tidak memiliki kompetitor.

"Kalau di Indonesia kita ada Gojek dan Grab, kemudian kalau ada tokopedia, BukaLapak, Shopee, dan itu hanya pemain-pemain besar saja. Jadi kompetisi dikunci hanya untuk sebagian kecil saja," ujar Sri Mulyani.

Ia menambahkan, dengan demikian maka kesempatan untuk melakukan demokratisasi melalui teknologi menjadi tidak tercipta.

Sebab, setiap kali ada perusahaan rintisan atau start up yang dinilai memiliki potensi, akan langsung diakuisisi oleh perusahaan yang lebih besar.

Sehingga menciptakan kompetisi yang tidak sempurna di lingkungan ekonomi digital.

Baca juga: Ini 3 PR Pemda untuk Memaksimalkan Potensi Ekonomi Digital di Daerah

"Lihat saja, orang bikin start up bagus, langsung dibeli sama Microsoft atau Facebook, kompetitornya akan langsung beli. Bahkan terkadang belum sampai IPO, karena dia butuh dana, start up-start up itu kan mungkin pinjam uang kerabat, atau keluarganya, kemudian dia butuh berkembang dan mengembangkan, dan kalau ada kesempatan seperti itu langsung makan saja," ujar Sri Mulyani.

"Dan itu menciptakan kompetisi yang tidak sempurna," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com