Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mustakim
Jurnalis

Eksekutif Produser program talkshow Satu Meja The Forum dan Dua Arah Kompas TV

Impor Beras untuk Siapa?

Kompas.com - 24/03/2021, 10:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

RENCANA pemerintah melakukan impor beras sebanyak satu juta ton disambut kritik dan menuai polemik. Tak hanya dianggap tak berpihak pada petani, pemerintah juga dinilai plin plan.

Adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang pertama kali mencetuskan rencana impor beras tersebut. Ketua Umum Partai Golkar ini menyampaikan hal itu di forum Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi pun langsung menyambut rencana tersebut. Ia mengatakan, rencana impor ini telah disepakati dalam rapat koordinasi terbatas, Kementerian Perdagangan bahkan telah mengantongi jadwal impor beras tersebut. Menurut dia, impor beras akan digunakan untuk menambah cadangan beras nasional atau pemerintah menyebutnya dengan istilah iron stock.

Tak satu suara

Menko Perekonomian dan Menteri Perdagangan menyatakan, impor beras dilakukan guna mengamankan cadangan beras nasional. Alasannya, cadangan beras akan terkuras guna bantuan sosial selama pandemi.

Selain itu juga jaga-jaga jika terjadi bencana dan untuk menjaga stabilitas harga. Menurut Mendag, stok riil di Perum Bulog hanya tersisa 500 ribu ton. Menurut dia, idealnya perlu tambahan 1 juta ton lagi.

Namun, Kementerian Pertanian bersuara berbeda. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memastikan stok beras hingga akhir Mei aman.

Stok hingga akhir Desember lalu mencapai 7.389.575 ton. Sementara perkiraan produksi dalam negeri pada panen raya ini mencapai 17.511.596 ton sehingga jumlah stok beras hingga akhir Mei mencapai 24.901.792 ton.

Jumlah tersebut lebih dari cukup karena estimasi kebutuhan sekitar 12.336.041 ton. Menteri asal Partai Nasdem ini bahkan optimistis, stok beras nasional akan surplus.

Tak hanya Kementan, Perum Bulog juga mengaku bingung dengan rencana impor beras tersebut. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengaku tak tahu menahu perihal kebijakan rencana impor beras ini.

Ia mengaku menerima perintah mendadak dari Mendag dan Menko Perekonomian. Padahal, saat rapat koordinasi bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebelumnya tidak pernah membahas soal impor beras.

Mantan Kabareskrim ini menegaskan tak akan sepenuhnya mengikuti kebijakan pemerintah terkait impor beras. Pasalnya, kebijakan itu akan mempengaruhi harga gabah di tingkat petani.

Harga gabah bakal anjlok saat musim panen jika impor dilakukan. Kebijakan impor beras ini sudah mulai memberi tekanan terhadap harga gabah petani. Sebab, rencana ini mengemuka saat memasuki masa panen raya pertama tahun ini.

Ramai-ramai menolak

Rencana pemerintah melakukan impor beras ini langsung menuai kritik dan penolakan. Salah satu alasan penolakan karena kebijakan ini akan menggerus harga gabah petani. Rencana impor ini diketahui publik saat petani panen raya pertama tahun ini yang berlangsung sepanjang Maret-April 2021.

Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) menyatakan, harga gabah di tingkat petani saat ini mengalami tren penurunan meski belum memasuki masa puncak panen raya.

Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, isu impor akan mempengaruhi psikologis pasar. Para tengkulak dan pengusaha penggilingan akan membatasi pembelian gabah petani dan menurunkan harga beli di tingkat petani.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Whats New
Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Whats New
Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Work Smart
Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Whats New
KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

BrandzView
Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Whats New
Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Whats New
Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Whats New
HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

Whats New
Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Whats New
BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

Whats New
Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Whats New
Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Whats New
Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Whats New
Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com