Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada LPI, Sri Mulyani Tak Ingin BUMN Hanya Andalkan Suntikan Pemerintah

Kompas.com - 24/03/2021, 16:39 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan keberadaan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) bakal mengurangi ketergantungan perusahaan-perusahaan BUMN terhadap suntikan modal pemerintah.

Sri Mulyani mengatakan, BUMN harus bisa bekerja sama dengan LPI untuk memperbaiki neraca keuangan sekaligus mengelola aset yang mereka miliki.

"Saya sebagai menteri keuangan tidak akan dengan mudah menyuntikkan dana ke BUMN dan mereka harus bekerja sama dengan INA," ujar Sri Mulyani dalam webinar Fitch on Indonesia 2021: Navigating a Post-Pandemic World, Rabu (24/3/2021).

Baca juga: UEA Tanam Modal Rp 143,9 Triliun di LPI, Ini Sektor-sektor yang Dilirik

Ia menjelaskan, LPI yang merupakan lembaga pengelola dana abadi tersebut akan bekerja sama dengan investor-investor global sekaligus menggandeng BUMN yang dianggap memiliki potensi.

Untuk itulah di dalam jajaran pengawas, selain dirinya, ada pula Menteri BUMN Erick Thohir yang saat ini sedang melakukan reformasi BUMN.

"Pak Erick Thohir tengah melakukan reformasi dari seluruh BUMN dan akan melihat neraca keuangan mereka," ujar Sri Mulyani.

Ia pun mengatakan, saat ini BUMN memiliki aset dalam jumlah besar, namun tidak cukup produktif.

Dengan bekerja sama dengan INA, harapannya aset-aset tersebut bisa digerakkan dan dikelola sehingga memiliki nilai yang lebih.

"Jadi INA tidak hanya untuk mengundang investasi, tetapi juga mengubah cara berpikir BUMN mengenai cara mengelola aset di Indonesia," ujar Sri Mulyani.

Di tahun 2021 ini, pemerintah telah mengalokasikan anggaran Rp 42,38 triliun dalam bentuk suntikan modal kepada sembilan BUMN.

BUMN tersebut yakni PT PLN (Persero), PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI), PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW), dan PT Hutama Karya. Selain itu juga PT Pelindo III, PT PAL, PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), PT LPEI, dan terakhir PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).

Baca juga: Airlangga Sebut Telah Berkonsultasi dengan 50 Perusahaan untuk Kembangkan LPI

Sri Mulyani pun mengatakan, LPI merupakan salah satu kendaraan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Dengan demikian, pemerintah tidak hanya mengandalkan BUMN dan APBN saja.

"Kapasitas pembiayaan APBN dan BUMN saat ini, terlihat dalam neraca, terutama BUMN, adalah sudah tinggi, exposure dari leverage-nya. Maka butuh melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pendaaan domestik dalam rangka meneruskan upaya pembangunan," kata Sri Mulyani beberapa waktu lalu.

Baca juga: Jadi Pintu Gerbang Untuk Tarik Investasi ke RI, Apa Itu LPI?

Sebelumnya Direktur Utama Lembaga Pengelola Investasi (LPI) Ridha Wirakusumah sempat mengatakan, LPI akan mengelola modal berupa dana yang didapatkan dengan mengundang investor untuk bekerja sama dalam proyek-proyek tertentu.

Sehingga nantinya dana tersebut menjadi dana abadi atau sovereign wealth fund (SWF) yang memiliki manfaat jangka panjang. Untuk itu, LPI bertujuan untuk menciptakan iklim investasi yang ramah investor.

"Sehingga investor bisa masuk ke Indonesia dengan lebih nyaman dan yakin, sehingga bisa berpartisipasi bersama ikut serta dalam pembangunan Indonesia yang masa depannya luar biasa, apakah dari sisi demografis, size, dan potensi bisnis," ujar Ridha.

Baca juga: Airlangga Sebut Telah Berkonsultasi dengan 50 Perusahaan untuk Kembangkan LPI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com